Risiko ini tak hanya dihadapi oleh tenaga medis, tetapi juga oleh masyarakat secara luas karena masker bedah kini banyak digunakan secara umum.
"Jadi menurut saya ini bukan untuk medis, non medis, tapi juga untuk masyarakat secara luas karena kita lihat di lapangan juga banyak yang menggunakan surgical mask ini," kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu.
Sayangnya, masker medis palsu ini sangat sulit dibedakan dengan masker medis asli.
Menurut Ari, upaya penting yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah mendapatkan masker medis palsu adalah lebih cermat dalam membeli.
Belilah masker di tempat-tempat yang dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya, membeli di apotek atau drug store terpercaya, serta toko-toko yang menjual perlengkapan kesehatan.
"Artinya dengan ini masyarakat terinfo bahwa ini ada (masker medis) yang palsu, berarti harus pandai- pandai beli di lokasi yang tepat, lebih cermat. Kalau online kan kadang dipertanyakan tokonya."
"Kalau toko yang qualified, saya rasa itu bisa dipertanggungjawabkan," ucapnya.
Ari berharap pemerintah melakukan investigasi menyeluruh untuk menemukan pelaku yang memalsukan masker medis palsu dan pelaku mendapatkan sanksi yang berat.
Sementara itu pihak Kemenkes mengungkapkan, bahwa pihaknya melakukan upaya melalui mekanisme kerja sama dengan aparat hukum untuk menindaklanjuti kasus ini.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Waspada Masker Medis Palsu, Ketahui Risiko Penggunaannya", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/05/120343420/waspada-masker-medis-palsu-ketahui-risiko-penggunaannya?page=2.