Ilustrasi selfie di rel kereta. Banyak orang rela melalikan hal yang sebetulnya membahayakan demi mendapatkan konren yang sempurna.
Ilustrasi selfie di rel kereta. Banyak orang rela melalikan hal yang sebetulnya membahayakan demi mendapatkan konren yang sempurna. ( SHUTTERSTOCK)

Banyak Orang Lakukan Hal Berbahaya demi Konten. Ini Alasannya !

11 April 2021 15:44 WIB

SonoraBangka.id - Akhir-akhir ini, istilah "demi konten" rasanya semakin sering kita dengar, termasuk dalam percakapan sehari-hari bersama orang-orang dekat.

Seringkali juga, ide untuk membuat konten tersebut juga menerobos nalar dan menempatkan seseorang dalam bahaya.

Belum lama ini, misalnya, dilaporkan seorang pemuda terlihat sedang mencoba memberhentikan truk bersama teman-temannya di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Aksi yang dilakukan "demi konten" video itu membuat pria tersebut akhirnya tewas terlindas truk.

Ada lagi sekelompok remaja di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, yang ditangkap polisi gara-gara menakut-nakuti warga dengan menyamar jadi pocong.

Selain meresahkan, kelakuan mereka juga dianggap membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Belakangan diketahui bahwa mereka melakukan hal tersebut demi mengejar angka subscriber di kanal YouTube.

Cerita-cerita semacam ini ada banyak sekali, tak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.

Kita sering kali cuma bisa menggelengkan kepala sambil berpikir, "Buat apa, sih?"

Lalu, apa sebabnya banyak orang melakukan hal berbahaya atau konyol demi konten di media sosial?

Demi konten

Menurut psikolog Samanta Elsener, MPsi, setiap orang memiliki dorongan dalam dirinya untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, termasuk salah satunya menjadi viral.

Menjadi viral punya berbagai manfaat, seperti menjadi terkenal, mendapatkan uang, disukai banyak orang, dan lainnya.

Sayangnya, tak semua orang menggunakan cara yang baik untuk mencapai tujuan menjadi viral tersebut.

"Akibatnya, kalau kita tidak bisa membatasi diri terhadap dorongan-dorongan tadi, bukannya jadi kreatif tapi justru neurotik atau membahayakan diri sendiri," kata Samanta kepada Kompas.com.

Ia menambahkan, orang-orang dengan neurotik cenderung tidak menyadari bahwa sikap atau perilakunya membahayakan diri sendiri.

Mereka memiliki konflik dalam diri di mana mereka ingin bisa berada di kondisi yang ideal.

"Sayangnya, dia tidak melatih kreativitasnya atau kreativitasnya malah mengarah ke tindakan yang berbahaya untuk dirinya sendiri," ucapnya.

Jika memang ingin membuat konten yang bagus, Samanta mengingatkan penting untuk tetap memikirkan keselamatan diri.

Jika perlu, cobalah membentuk tim dan membuat simulasi yang matang sebelum mengeksekusi ide.

Ini termasuk mempertimbangkan faktor risiko agar tidak berujung pada kejadian yang membahayakan diri.

"Jangan sampai konten itu bersifat menghibur tapi justru membahayakan diri sendiri.

Karena kita enggak menyadari kalau perilaku itu merusak dan merugikan diri," katanya.

Selfie berujung maut

Selfie berujung kematian

Beberapa tahun lalu, ketika selfie mulai populer, banyak orang celaka dan bahkan kehilangan nyawa hanya gara-gara mau mengambil foto yang bagus.

Seiring berkembangnya teknologi dan media sosial, tren itu ternyata belum pudar.

Malahan, kontennya semakin "kreatif" dan tidak hanya dalam bentuk foto.

Saking banyaknya kasus semacam ini, beberapa peneliti tergerak untuk menganalisa lebih lanjut.

Sebuah penelitian global di 2018, misalnya, pernah secara khusus menganalisa laporan-laporan tentang kasus tewas karena selfie, seperti dilansir BBC. 

Hasilnya, kasus selfie ekstrem ternyata pernah menewaskan 259 orang sepanjang 2011 hingga 2017.

Di antara jumlah tersebut, kasus kematian akibat kecelakaan transportasi, tenggelam dan jatuh adalah yang paling banyak.

Menurut penelitian, kasus kematian terkait selfie paling umum terjadi di India, Rusia, Amerika Serikat, dan Pakistan dan 72,5 persen di antaranya adalah pria.

Terkait kasus kematian akibat selfie, para ahli melalui laman Live Science juga pernah mengungkapkan bahwa kemunculan ponsel pintar membuat semakin banyak orang mudah mengambil foto selfie, yang kini berkembang menjadi video.

Kondisi tersebut membuat semakin banyak orang ingin mengambil gambar bagus, baik sendiri maupun bersama orang-orang terdekatnya.

Keterhubungan kita dengan orang lain lewat internet, khususnya media sosial, juga membuat kita cenderung semakin senang membagikan hidup kita kepada orang lain.

Tapi, kenapa banyak orang sampai mau membahayakan diri?

Menurut associate professor psikologi dari Iowa State University, Zlatan Krizan, ini bisa jadi berkaitan dengan perbandingan sosial (social comparison), di mana seseorang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain secara online.

Mereka ingin mengalahkan teman-temannya di media sosial dengan menunjukkan bahwa foto atau video tentang kehidupannya lebih menarik.

Associate profesor fakultas studi media dan informasi dari University of Western Ontario, Anabel Quan-Haase, mencatat bahwa selfie dapat mengungkapkan bagaimana seseorang ingin dipandang oleh orang lain.

"Ini adalah bagian dari budaya visual kita. Kita ingin membuat sesuatu yang baru, yang bakal menarik perhatian orang dan terkadang hal ini hanya bisa diwujudkan dengan mengambil risiko," ucap dia.

Nah, dorongan untuk mendapatkan foto yang sempurna itu lah yang dapat menempatkan seseorang dalam bahaya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Banyak Orang Lakukan Hal Berbahaya demi Konten?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/09/221649020/mengapa-banyak-orang-lakukan-hal-berbahaya-demi-konten?page=4.


SumberKOMPAS.com
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm