SonoraBangka.id - Memasuki tahun ajaran baru, membuat para orangtua ingat akan biaya pendidikan si buah hati, apalagi jika tahun ini adalah tahun pertamanya sekolah.
Ya, meski masih sekolah di rumah, biaya pendidikan kan tetap berjalan.
Memang, sih, idealnya biaya pendidikan anak sudah diperhitungkan—bahkan disiapkan—saat kita merencanakan punya anak.
Namun, bukan berarti kalau sudah punya anak baru menyiapkan artinya terlambat.
Jika saat ini anak kita baru masuk TK atau masih SD, mari mulai siapkan biaya sekolah untuk masuk SMP, SMA, hingga perguruan tinggi.
Nah, ada dua cara yang bisa membantu kita mengumpulkan dana untuk biaya sekolah anak, yakni dengan tabungan pendidikan dan investasi. Mana yang tepat buat kita, ya?
Tabungan Pendidikan
Produk yang dikeluarkan bank ini berupa tabungan bulanan yang dibuat dan direncanakan untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan kita.
Umumnya bunga yang diberikan lebih tinggi daripada bunga tabungan biasa dan biasanya sekaligus memberikan asuransi jiwa bagi kepala keluarga atau orang yang menabung.
Sehingga bila terjadi sesuatu pada kita, maka tabungan bulanan yang direncanakan akan tetap berjalan hingga akhir periode program.
Menurut Tejasari, CFP., Konsultan Keuangan, tabungan pendidikan sangat baik untuk target waktu jangka pendek yaitu 1 sampai 3 tahun.
Sedangkan untuk jangka waktu yang lebih panjang, bunga yang diberikan terbilang kecil dan tidak bisa mengejar kenaikan biaya sekolah atau inflasi setiap tahunnya.
“Bisa jangka panjang, tapi memang nabungnya juga harus lebih banyak dibanding nominal kalau kita investasi. Mungkin bisa dua kali lipat untuk target yang sama. Itu aja challange-nya kalau kita hanya mau sekadar nabung,” jelas Teja.
Investasi
Menurut Tejasari, investasi cocok sebagai sarana pengumpulan dana pendidikan anak karena dalam jangka panjang keuntungannya lebih besar dan kuat berhadapan dengan inflasi yang cukup tinggi.
Tapi memang investasi lebih berisiko dibanding tabungan pendidikan.
Meski begitu, kita bisa memilih jenis investasi yang risikonya paling kecil, kok.
Beberapa investasi yang disarankan adalah investasi emas dan reksa dana.
“Reksa dana pasar uang yang paling kecil risikonya, cocok untuk jangka pendek. Sementara jenis lain seperti reksa dana pendapatan tetap, campuran, dan saham biasanya digunakan untuk jangka waktu lebih panjang dari dua tahun. Sesuaikan jangka waktu pendidikan anak dengan jenis reksa dana, agar risiko investasi bisa diminimalkan,” jelas Tejasari.
Nah, bagi kita yang memilih untuk berinvestasi, orang yang berinvestasi disarankan untuk memiliki asuransi jiwa.Kenapa?
Supaya bisa melindungi dana selama investasi.
Tapi, tetap perlu didampingi tabungan lain enggak, ya?
“Enggak harus, tapi boleh saja kalau merasa kurang nyaman dengan investasi. Makanya pilih investasi yang risikonya kecil,” jelasnya.
Nah, sudah tahu bukan mana yang lebih baik ?