Ilustrasi vaksin
Ilustrasi vaksin ( DOK. SHUTTERSTOCK )

Benarkah Efek Samping Vaksin Covid-19 Banyak Terjadi pada Perempuan?

22 Agustus 2021 07:12 WIB

SonoraBangka.id - Saat ini, untuk mencegah kondisi yang parah saat terinfeksi virus corona, sangat penting bagi kita untuk mendapat vaksin Covid-19.

Setelah vaksin Covid-19, biasanya ada efek samping yang muncul. Bisa dari gejala ringan hingga berat.

Namun studi menunjukkan bahwa efek samping vaksin lebih banyak dilaporkan oleh perempuan dibanding laki-laki.

Data ini diterbitkan dalam Morbidity and Mortality Weekly Report pada bulan Februari lalu.

Menurut Betsy Koickel, MD, spesialis kedokteran keluarga di Northwell Health, Levittown, New York, hal itu umumnya karena tubuh perempuan secara hormonal dan genetik berbeda dari tubuh pria.

Melansir Kompas.com, berikut ini alasan spesifiknya:

1. Hormon dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh

Dr. Koickel mengatakan, hormon estrogen perempuan akan meningkatkan dan memengaruhi reaksi sistem kekebalan tubuh.

Sementara pada hormon testosteron yang dimiliki pria, cenderung tidak memberikan reaksi terhadap kekebalan tubuh.

Kendati demikian, pria bisa mengalami penyakit yang lebih parah dan lebih banyak kematian akibat Covid-19.

2. Perempuan dan pria secara genetik berbeda

Sama seperti hormon yang berbeda pada perempuan dan pria, genetik yang dimiliki mereka juga berbeda.

"Gen kekebalan ditemukan lebih banyak pada kromosom X, atau perempuan," ujar Dr. Koicke.

Sementara Dr. Kuritzkes mengakui, bahwa beberapa kecenderungan genetik mungkin ada, namun masih memerlukan studi lebih lanjut.

3. Wanita lebih berinisiatif melaporkan efek samping daripada pria

CDC menggunakan data hasil laporan masyarakat secara mandiri, yang mana kondisi ini memungkinkan bahwa perempuan lebih cenderung membuat laporan efek samping yang dirasakannya daripada pria.

Bahkan, jika mereka mengalami gejala yang sama.

4. Dosis vaksin terlalu kuat

Dr. Koickel memperkirakan, mungkin saja dosis vaksin Covid-19 yang sama untuk pria dan perempuan, terlalu kuat untuk perempuan dan menjadi alasan mengapa efek merugikan lebih banyak dialami perempuan.

Senada hal tersebut, Dr. Kuritzkes mengatakan, studi awal menunjukkan bahwa dosis vaksin yang lebih tinggi menyebabkan lebih banyak gejala.

Namun, hingga saat ini memang tidak ada uji coba vaksin terpisah yang dilakukan pada pria dan perempuan, sehingga untuk saat ini dosis yang diberikan tetap sama antara keduanya.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm