SonoraBangka.id - Saat ini, untuk mencegah kondisi yang parah saat terinfeksi virus corona, sangat penting bagi kita untuk mendapat vaksin Covid-19.
Setelah vaksin Covid-19, biasanya ada efek samping yang muncul. Bisa dari gejala ringan hingga berat.
Namun studi menunjukkan bahwa efek samping vaksin lebih banyak dilaporkan oleh perempuan dibanding laki-laki.
Data ini diterbitkan dalam Morbidity and Mortality Weekly Report pada bulan Februari lalu.
Menurut Betsy Koickel, MD, spesialis kedokteran keluarga di Northwell Health, Levittown, New York, hal itu umumnya karena tubuh perempuan secara hormonal dan genetik berbeda dari tubuh pria.
Melansir Kompas.com, berikut ini alasan spesifiknya:
1. Hormon dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh
Dr. Koickel mengatakan, hormon estrogen perempuan akan meningkatkan dan memengaruhi reaksi sistem kekebalan tubuh.
Sementara pada hormon testosteron yang dimiliki pria, cenderung tidak memberikan reaksi terhadap kekebalan tubuh.
Kendati demikian, pria bisa mengalami penyakit yang lebih parah dan lebih banyak kematian akibat Covid-19.
2. Perempuan dan pria secara genetik berbeda
Sama seperti hormon yang berbeda pada perempuan dan pria, genetik yang dimiliki mereka juga berbeda.
"Gen kekebalan ditemukan lebih banyak pada kromosom X, atau perempuan," ujar Dr. Koicke.
Sementara Dr. Kuritzkes mengakui, bahwa beberapa kecenderungan genetik mungkin ada, namun masih memerlukan studi lebih lanjut.
3. Wanita lebih berinisiatif melaporkan efek samping daripada pria
CDC menggunakan data hasil laporan masyarakat secara mandiri, yang mana kondisi ini memungkinkan bahwa perempuan lebih cenderung membuat laporan efek samping yang dirasakannya daripada pria.
Bahkan, jika mereka mengalami gejala yang sama.
4. Dosis vaksin terlalu kuat
Dr. Koickel memperkirakan, mungkin saja dosis vaksin Covid-19 yang sama untuk pria dan perempuan, terlalu kuat untuk perempuan dan menjadi alasan mengapa efek merugikan lebih banyak dialami perempuan.
Senada hal tersebut, Dr. Kuritzkes mengatakan, studi awal menunjukkan bahwa dosis vaksin yang lebih tinggi menyebabkan lebih banyak gejala.
Namun, hingga saat ini memang tidak ada uji coba vaksin terpisah yang dilakukan pada pria dan perempuan, sehingga untuk saat ini dosis yang diberikan tetap sama antara keduanya.