Lalu, alat kesehatan berikutnya yang juga berasal dari Indonesia, di antaranya NaCl 0,9 persen (RM-3248) sebanyak 100 mili liter, Larutan Premium Ficoll (RM-3249) berjumlah 60 mililiter, Kantung VueLife C (RM-3247) berjumlah satu per kit, Pipet Aspirasi (RM-2027) sejumlah 5 per kit, Pipet 10 mililiter (RM-2029) sejumlah 2 per kit, Pipet 25 mililiter (RM-2030) satu per kit.
Sementara itu, ada juga Vial Krio 2 mililiter Biru (RM-2185) satu per kit, Vial Krio 2 mililiter Merah (RM-2185) sejumlah 4 per kit, Tabung Mikrosentrifus (RM-2190) satu per kit, Tabung Kerucut 50 mililiter (RM-2072) sejumlah 3 per kit.
Kemudian ada juga Spuit 30 mililiter (RM-2222) satu per kit, Spuit 3 mililiter (RM-2151) satu per kit, jarum tumpul 18 G (RM-2143) sejumlah 2 per kit.
Selanjutnya, label pembuatan (OL114LP) sejumlah 20 per kit, Label QS TSA (OL385CX) sejumlah 7 per kit, Kabinet Bersih sejumlah satu per kit, dan Larutan Preservasi Krio (IM-5125) satu mililiter per kit.
Sementara 10 persen bahannya tersebut berasal dari Amerika Serikat, yang salah satunya adalah Larutan Antigen Protein dengan kode IM-5124. "Larutan antigen proteinnya kami harus impor dulu. Lalu ada media diferensiasi juga masih harus impor," tambah Terawan.
Walau begitu, Terawan menyebutkan, Indonesia bisa saja membuat sendiri dua bahan tersebut. Karena menurutnya cara membuat dua bahan itu sangat mudah.
"Baik dalam pembuatan antigen dan karena itu recombinant. Bisa kita lakukan di sini. Namun karena paten sudah mereka (AS) miliki ya harus kita bekerja sama. Termasuk media diferensiasinya," tambahnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kemenkes Sebut Vaksin Nusantara Tak Bisa Dikomersilkan", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2021/09/01/19445431/kemenkes-sebut-vaksin-nusantara-tak-bisa-dikomersilkan?page=2.