Ilustrasi
Ilustrasi ( ibnjaafar)

Apa Saran dari Psikolog untuk Orangtua, Jika Anak Dibully Temannya?

20 Oktober 2021 17:21 WIB

SonoraBangka.id - Salah satu aktris Indonesia, Jessica Mila sempat mendapat olokan pada bentuk tubuhnya karena berat badannya naik hingga mencapai 78,8 kilogram.

Tapi, tenang.

Hal ini hanya dialami Jessica Mila kala memerankan Rara, seorang perempuan 28 tahun di film teranyarnya, Imperfect.

Film ini mengangkat isu body shaming (komentar negatif terhadap fisik orang lain).

Nah, yang mengkhawatirkan, body shaming bukan hanya dialami oleh orang dewasa, anak-anak pun bisa mendapat perlakuan negatif ini.

Misal, saat anak mulai masuk sekolah, dia akan bertemu dengan teman sepermainan yang beragam.

Salah satu keragaman yang ditemui adalah perbedaan bentuk fisik, mulai dari perbedaan ukuran tubuh, warna kulit, bentuk wajah, hingga jenis rambut.

Anak bisa saja merasa kaget dan bingung.

Wajar, sebab pada umumnya menerima suatu perbedaan bukanlah hal yang mudah untuk kerja otak manusia.
 
Celakanya, untuk anak-anak yang tidak terlatih menerima perbedaan semenjak dini, perbedaan tersebut bisa menyulitkanya dalam bersosial.

Anak-anak akan sulit menerima perbedaan orang lain, pun mereka juga akan sulit untuk menerima bahwa mereka berbeda dari orang lain.

Inilah yang memicu terjadinya body shaming. Ketika seorang anak melihat orang lain berbeda dari dirinya, ia secara otomatis merespon dan responnya bisa negatif.

Efek body shaming tak bisa dipandang enteng.

Bullying karena fisik bisa menimbulkan rasa deperesi.

Bahkan, depresi ini bisa terbawa hingga mereka dewasa.

Besar kemungkinan mereka juga akan kehilangan body image mereka yang positif.

Mereka akan selalu menganggap bahwa dia tidak sempurna.

Lantas, bagaimana peran kita sebagai orangtua?

Tampung Emosi

Menurut Mira D. Amir, psikolog anak, biasanya orangtua akan melakukan negasi, misalnya dengan mengatakan, “Kamu enggak gendut, kok”, padahal hal tersebut tidak disarankan.

Memang, orangtua mana yang tidak mau membela anak.

Tapi menyangkal bukanlah hal yang tepat.

Jika ini terus dilakukan, anak tidak akan mampu menyelesaikan masalahnya, tapi hanya akan menyalahkan orang lain atau keadaan.

Maka cara yang tepat adalah dengan menampung emosi anak.

Saat terkena body shaming si anak pasti akan merasakan emosi negatif, seperti sedih, marah, kesal, atau malu.

Nah, orangtua sebagai pihak yang paling dekat dengan anak harus bisa menampung emosi tersebut tanpa melakukan interupsi agar anak bisa merasa nyaman dan tenang.

Ketika emosi tidak nyamannya sudah keluar dan mereka merasa lebih tenang, barulah kita bisa mengajak anak diskusi untuk menelusuri mengapa kira-kira ia di-body shaming dan bantu anak untuk mencari solusi untuk masalahnya tersebut.

Tapi ingat, membantu tidak sama dengan memberikan keputusan.

Biarkan anak terbiasa untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Selain itu, ajarkan pula pada anak untuk bersikap asertif (tegas mengontrol perilaku) ketika mendapat perlakuan buruk ini.

Ajarkan kepadanya untuk mengatakan kepada teman yang mem-bully-nya bahwa ia merasa terganggu dan tidak senang.

Jangan Ubah Anak

Selain itu, sebagai orangtua kita tak boleh ikut menyalahkan anak atau terkesan berusaha “memperbaiki” fisik si anak.

Misal, anak disuruh diet agar badannya tidak gendut, ada yang dilurusin rambutnya biar enggak keriting, dan ada juga yanng memberikan pemutih kulit kepada sang anak agar kulitnya tidak lagi gelap.

“Saya, sih, tidak menyarankan, karena itu, kan, pada akhirnya hanya mengganggu body image si anak. Hati-hati, lho! Self esteem seseorang itu bisa berhasil kalau memiliki rasa percaya diri yang signifikan.

"Saya itu banyak menemukan anak yang pintar tapi enggak punya rasa percaya diri. Banyak, lho, anak yang cakep tapi minderan, bahkan anak yang kaya sekalipun bisa kacau rasa percaya dirinya,” kata Mira.

Self esteem itu juga terbentuk dari self image, bagaimana seseorang memandang dirinya.

Nah, body image itu bagian dari self image dan harus dibentuk sedari kecil agar anak bisa menerima dirinya apa adanya.

Mira juga menungkapkan, ketika anak sudah bisa menerima keadaan dirinya sendiri, sangat besar kemungkinan anak tidak akan terganggu jika fisiknya diusik oleh teman-temannya.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm