SonoraBangka.id - Walaupun pandemi membuat beberapa sektor bisnis morat-marit, uniknya bisnis kuliner justru kian diminati.
Ya, namanya kebutuhan makan tak akan ada habisnya, bukan?
Bahkan ada, lho, yang justru meraup keuntungan lebih di masa ini.
Salah satu bisnis makanan yang diminati saat ini adalah frozen food.
Ya, frozen food disukai karena praktis tapi hitungannya kita masak sendiri di rumah, jadi kebersihannya lebih terjamin.
Bisa disimpan, pula, tapi bagaimana, sih, agar produk yang kita jual laris manis di pasaran?
Tak dapat dimungkiri pebisnis baru juga tumbuh subur seperti jamur.
Yang artinya, belum apa-apa, saingan kita sudah sangat banyak.
Tapi tenang, Indari Mastuti, Perempuan Inspiratif NOVA 2010 dan Co-Founder Kunikita membagikan tiga kunci utamanya.
Ia sendiri, saat ini menikmati peningkatan penjualan frozen food-nya di Kunikita selama pandemi.
Untuk satu jenis makanan, ia bisa menjual 100.000 cup per hari!
Apa rahasianya?
Sebelum berbisnis dan menjual produk kuliner, kita wajib memastikan terlebih dulu secara spesifik siapa target market kita.
Apakah anak-anak, milenial, ibu rumah tangga, atau ibu pekerja?
Sebab, beda target market, beda pula kesukaannya.
Jangan sampai salah tembak.
Pasalnya, tidak memiliki target market yang tepat bisa jadi kesalahan dasar yang membuat bisnis tidak bisa bertahan lama.
Lantas, bagaimana menemukan target market yang tepat?
“Target pasarmu adalah cerminan dirimu. Itu akan sangat memudahkan. Sebab, Anda tahu target Anda masalahnya sama, kebutuhannya sama, dan kesukaannya sama dengan Anda,” ujar Indari Mastuti, dalam webinar bertema “Dobel Untung Bisnis Kuliner” belum lama ini.
Dengan kata lain, kita seharusnya adalah target market produk kita sendiri.
Sehingga, saat berbisnis kita bisa enjoy mempromosikan dan menjual kepada orang lain, karena kita pun senang menggunakan atau mengonsumsi produk tersebut.
Jika perlu, ikutlah komunitas supaya bisa menemukan sasaran yang kita inginkan.
Tapi, di masa pandemi ini, daya beli orang menurun.
Apakah tepat bila kita menurunkan harga produk atau memberi diskon besar?
“Saya tidak setuju jika menjual lebih murah maka kita akan sustain di masa yang akan datang. Karena ini bisnis. Kalau kita jual produk dengan harga murah kita mau dapat profit berapa?” tanya Indari.
Selain itu, masih menurut Indari, bila kita menjual murah, berarti untuk mendapatkan profit, kita harus menjual dalam volume yang lebih banyak.
“Yang jadi pertanyaan, sebanyak apa? Misal, kalau untung kita cuma Rp2.000 per produk, tapi harus meng-cover pengeluaran Rp5 juta per bulan. Kan, berat,” lanjutnya.
Jadi, sudah tahu kan cara yang tepat, selamat mencoba ya?