"Beda dengan penggunaaan media digital termasuk Instagram. Semua tindakan adalah produksi dan distribusi data. Like adalah data, posting adalah data, meletakkan no telepon atau email di feed maupun story adalah data. Selfi adalah data."
"Semua data yang terkumpul lewat penggunaan platform itu dapat diolah lebih lanjut. Hasilnya dapat untuk mengetahui profile seseorang, kecendrungan pilihan seseorang maupun perilaku, bahkan preferensi pilihannya di masa yang akan datang. Media digital memiliki fasilitas pengumpulan dan pengolahan data, dan diproduksi sebagai algoritma," jelasnya.
Ketidaksadaran pengguna saat melakukan oversharing di media sosial sangat berbahaya karena bisa merugikan diri mereka sendiri.
Mulai dari ketergantungan yang mengganggu mental hingga penyalahgunaan data yang merugikan material.
"Selain disebabkan oleh perilaku pribadi dalam menggunakan media digital, perilaku oversharing juga bisa dimanipulasi oleh pihak lain untuk terus menggunakan media digital hingga kecanduan."
"Ini menghasilkan keadaan IOD (Internet Obsessive Disorder). Gejalanya orang mengalami ketergantungan terhadap perangkat-perangkat berbasis internet," sambungnya.