Walaupun begitu, perempuan yang telah berusia setengah abad lebih ini sudah menduga bahwa banjir akan terjadi.
Oleh karenanya dia yang tinggal berdua dengan sang cucu telah mengevakuasi barang-barang berharga mereka sebelum banjir susulan datang.
“Kalau hari ini banjir besok pasti banjir bahkan lebih besar, jadi saya sudah waspada,” imbuhnya.
Warga lain Umar (60) menuturkan, banjir rob seperti ini memang sudah menjadi tradisi bagi mereka yang tinggal di bantaran Sungai Rangkui.
Saat memasuki penghujung bulan Desember hingga Januari biasanya banjir rob akan terjadi. Bahkan menurut dia, esok hari pasti akan terjadi banjir rob yang lebih besar.
“Kalau hari ini banjir besoknya pasti banjir, bahkan lebih tinggi dari hari ini karena setiap tahun sudah menjadi langganan banjir rob,” ujar Umar.
Di samping itu lanjut dia, berdasarkan pengalaman sebelumnya banjir rob terparah akan terjadi ketika memasuki awal tahun atau bulan Januari dengan ketinggian air mencapai sepinggang orang dewasa.
Oleh sebab itu, mulai besok dirinya akan mulai mengevakuasi barang-barang berharga miliknya ke rumah kerabatnya yang tak jauh dari lokasi banjir.
“Yang pertama saya evakuasi adalah mobil dan perabotan yang lain itu akan saya ungsikan ke rumah kerabat saya,” ucapnya.
Dia menduga, penyebab yang memperparah banjir rob di kawasan itu juga dipengaruhi adanya aktivitas pertambangan timah inkonvensional (TI) ilegal di alur sungai Rangkui.
Aktivitas TI ilegal tersebut menambah pendangkalan alur sungai di wilayah itu. Belum lagi pendalaman alur sungai yang biasanya dilakukan pemerintah daerah setempat setiap lima tahun sekali biasanya dilakukan,hingga saat ini tidak ada pengerukan.
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Banjir Rob Kembali Genangi Pangkalpinang, Masyarakat Sebut Jadi Tradisi , https://bangka.tribunnews.com/2021/12/06/banjir-rob-kembali-genangi-pangkalpinang-masyarakat-sebut-jadi-tradisi?page=2.