Untuk diketahui, perhitungan kalender Masehi atau Gregorian dibuat berdasarkan pergerakan bumi mengelilingi matahari, sehingga disebut penanggalan matahari.
Sedangkan, kalender Hijriah disusun berdasarkan pergerakan bulan mengitari bumi, sehingga disebut penanggalan bulan.
“Imlek ini percampuran keduanya, sehingga memang biasanya akan datang pada Januari dan Februari, di sekitar dua bulan itu,” jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (30/01/2022) melalui sambungan telepon.
Sementara itu, pada dua bulan tersebut, Indonesia memasuki musim hujan. Jadi, perayaan Tahun Baru Imlek identik dengan turun hujan.
Mengutip Kompas.com, Senin (08/02/2016), Dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) Hakim L Malasan menjelaskan secara ilmiah sistem penanggalan China yang memasukkan unsur matahari.
Ia menuturkan patokan untuk menetapkan awal bulan bukan hilal seperti kalender Hijriah, tetapi waktu konjungsi antara bulan dan matahari. Waktu konjungsi adalah saat bulan dan matahari "bertemu" dan berada dalam garis lurus dari sudut pandang manusia.
“Unsur musim dimasukkan dalam penanggalan," ujar Hakim.
Jika memakai unsur bulan saja, tahun baru dalam kalender China akan sama perhitungannya dengan tahun baru Hijriah. Bisa jadi, ada tahun baru Imlek yang jatuh pada musim dingin.
Masuknya perhitungan musim inilah letak perpaduan unsur matahari dan bulan dalam kalender China, menurut Hakim.
Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menambahkan bahwa selama ini Imlek selalu jatuh pada Januari-Februari saat musim hujan.
"Demikian pada 2022, Hari Raya Imlek 2573 Kongzili jatuh pada 1 Februari 2022, yang notabene merupakan musim hujan," ujarnya dikutip dari Kompas.com, Jumat (28/1/2022).
Perkiraan dari BMKG menunjukkan bahwa puncak musim hujan terjadi pada awal 2022. Tepatnya pada Januari hingga Februari.
Hujan simbol keberuntungan
Peristiwa turun hujan pada Tahun Baru Imlek juga memiliki makna filosofis. Fahmi mengatakan masyarakat China meyakini bahwa hujan merupakan tanda keberkahan.
“Dari sisi filososif sebenarnya hujan membawa keberkahan, sehingga kadang-kadang hujan itu justru ditunggu. Jadi, ketika Imlek kemudian hujan, itu mereka merasa berkahnya turun. Ada semacam kebahagiaan,” tuturnya.
Senada, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Pemuda Tionghoa Indonesia Provinsi DKI Jakarta Glenn Wijaya mengatakan, hujan merupakan simbol keberuntungan. Hujan saat perayaan Tahun Baru Imlek menjadi pertanda baik.
“Imlek identik dengan hujan karena hujan merupakan simbol keberuntungan. Apalagi Imlek itu untuk menandai datangnya spring (musim semi). Maka dari itu, hujan merupakan simbol yang baik untuk kehidupan agraris,” tutur dia kepada Kompas.com.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenapa Imlek Identik dengan Hujan, Ini Penyebab dan Filosofinya", Klik untuk baca: https://travel.kompas.com/read/2022/01/30/200800627/kenapa-imlek-identik-dengan-hujan-ini-penyebab-dan-filosofinya?page=all.