Di balik produk Apple yang mahal, terdapat juga biaya riset dan pengembangan yang tidak murah.
Pada tahun keuangan 2020, Apple pernah menghabiskan dana kurang lebih sebesar 18 miliar dolar AS (sekitar Rp256 triliun) hanya untuk biaya riset dan pengembangan, dikutip dari The Cold Wire, Rabu (16/02/2022).
Dana tersebut sepenuhnya digunakan untuk membiayai kegiatan riset dan pengembangan di berbagai laboratorium penelitan kecil Apple, yang tersebar di seluruh dunia. Biaya tersebut yang jadi tanggungan konsumen saat membeli produk Apple.
2. Software yang ekslusif
Semua produk Apple menggunakan perangkat lunak atau software yang ekslusif dikembangkan oleh perusahaan sendiri.
Pengguna tidak bakal menemukan software Apple di produk lain dengan merek yang berbeda. Misalnya, perangkat lunak sistem operasi (OS) khas Apple, yakni iOS, hanya terdapat pada produk ponsel iPhone.
Berbeda dengan Android OS buatan Google yang bisa dipakai di banyak merek ponsel seperti Samsung, Xiaomi, Oppo, dan sebagainya. Perbedaan penggunaan sistem operasi ini juga berlaku antara produk dekstop Apple Mac dengan MacOS dan produk dekstop merek lain dengan Windows OS.
Dekstop dari merek lain bisa dengan mudah menggunakan Windows OS buatan Microsoft.
Sedangkan Apple, harus mengembangkan perangkat lunaknya sendiri setiap melakukan pembaruan atau peningkatan.
Sementara itu, ponsel Android OS dan dekstop Windows OS hanya perlu menunggu pembaruan dari Google atau Microsoft.