Orang yang melakukan silent treatment, kemungkinan dia tidak terbiasa untuk mengekspresikan perasaan sedihnya.
Selain itu, orang yang melakukan silent treatment mungkin juga karena dia tidak terbiasa mengungkapkan apa yang dia mau.
"Kita itu lagi mau sesuatu, kita harus ngomong jangan diem. Karena cikal bakal silent treatment itu dia diem. Kemudian, ketika ada orang lain yang nawarin, lalu dia bereaksi. Ajarkan kalau mau sesuatu, harus ngomong. Perkara bisa dikabulkan atau nggak, itu urusan belakangan," jelas Marcelina.
Oleh sebab itu, kita perlu menerapkan pola pengasuhan yang benar agar bisa mencegah terjadinya perilaku silent treatment.
"Anak ini sebaiknya diajarkan ketika punya emosi yang positif, bisa dikeluarin. Tapi ketika punya emosi yang negatif, itu juga harus dikeluarin. Kita jangan menekan emosi negatif anak," tambah Marcelina.
2. Bentuk pelarian
Penyebab terjadinya perilaku silent tratment yang kedua adalah karena pelarian.
"Dia sebenarnya pada dasarnya orang yang gampang menyatakan kalau dia tidak sependapat. Tapi lingkungannya itu nggak menerima. Lingkungan menekan terus, jadi kesannya apapun yang disampein kesannya percuma," kata Marcelina memberi contoh.
Karena terus menerus merasa sia-sia, orang itu pun akan memilih untuk diam.
Namun, saat dia diam, orang lain justru menanggapinya.