Nah yang menarik, ia bisa Pintar Atur Emosi untuk menghadapi perbedaan tersebut.
"Dikit-dikit udah tau love language pasangan, dia suka diperlakukan dengan baik, gak ada kata-kata kasar. Words of affirmation."
"Saya dan pasangan pernah berkonflik karena beda love language. Saya lebih pengen diperhatikan, juga pengen lebih deket dan gak mau LDR. Sedangkan dia lebih sabar, selalu minta nunggu dulu," katanya.
Sintya memiliki beberapa cara Pintar Atur Emosi saat beda love language dengan pasangan yaitu komunikasi dan eksekusi (komitmen).
"Nah cara mengatasinya sebenarnya saya belajar sabar dari dia."
"Komunikasi itu penting dan eksekusinya juga penting. Kalau kita tidak menerapkan love language ke pasangan dan sebaliknya, itu gak akan berjalan. Jadi komitmen juga penting," ujarnya.
Namun masalah tidak berhenti sampai di situ, Sintya pernah mengalami love language tiba-tiba berubah.
"Sempet ada perubahan love language, misalnya aku biasanya suka diberi hadiah, tapi kadang juga menolak hadiah," ungkapnya.
Tapi kembali lagi, Sintya berusaha mengkomunikasikan masalah tersebut pada pasangan.
Dengan demikian, pasangan Sintya bisa mengetahui kondisi yang sebenarnya.
Di akhir sesi sharing tersebut, ia juga pernah mengalami konflik dengan orang terdekat karena beda bahasa cinta.
Perlu diingat lagi, love language tidak hanya untuk pasangan namun juga keluarga, sahabat, serta orang terdekat lain.
"Selain pasangan, pernah berkonflik dengan keluarga karena beda love language."
"Kalau saya pernah berkonflik sama mamah karena mamah itu sukanya to the point sedangkan saya lebih lembut gitu. Makanya kita sering cekcok," tuturnya.
Beruntung, masalah tersebut tidak berlarut karena Sintya bisa Pintar Atur Emosi.
Jadi bagaimana dengan Anda?