Forum diskusi “Transformasi Masa Depan Pekerjaan untuk Perempuan”
Forum diskusi “Transformasi Masa Depan Pekerjaan untuk Perempuan” ( )

Tiga Pemimpin Perempuan Indonesia Bicara Inklusivitas di Tempat Kerja

25 Maret 2022 09:41 WIB

SonoraBangka.id - Apakah pernah Anda merasa sulit mengembangkan diri di perusahaan tempat bekerja?

Merasa banyak aturan kantor yang membuat perempuan susah meningkatkan karier?

Kesulitan menyeimbangkan urusan domestik dengan pekerjaan?

Jangankan bisa jadi top managerial yang tantangannya segudang, buat berdiskusi soal aturan yang memberatkan perempuan saja kadang masih kesulitan.

Ya, rasanya hubungan perempuan dengan tempatnya bekerja masih diselimuti berbagai masalah.

Melihat hal ini, perusahaan konsultan manajemen global, Kearney, hari ini mengadakan forum diskusi “Transformasi Masa Depan Pekerjaan untuk Perempuan” dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret lalu.

Forum tersebut merupakan hasil kerja sama dengan perusahaan konsultan pengelola, Egon Zehnder, Majalah Dewi, dan KADIN.

Diskusi ini bertujuan untuk berbagi wawasan dan memamparkan ide-ide inovatif, serta visi untuk masa depan tempat kerja yang lebih inklusif bagi perempuan.

“Perempuan terus menjadi pihak yang kurang terwakili di setiap tingkatan dalam perusahaan, terutama pada tingkatan manajerial dan peran kepemimpinan yang kritikal. Perusahaan perlu untuk menyadari bahwa tempat kerja yang beragam dan inklusif dengan pemimpin perempuan dapat membawa keuntungan tersendiri bagi perusahaan,” ujar Shirley Santoso, Partner and President Director Kearney.

Forum diskusi ini menyoroti bahwa dalam membina dan mengembangkan pekerja profesional perempuan.

Perusahaan-perusahaaan harus memperkuat program pengembangan kemampuan kepemimpinan yang lebih terencana dan terstruktur dengan baik, serta bersifat inklusif pada talenta perempuan.

Kearney mengadakan survei dengan menanyakan kepada 200 tenaga profesional perempuan dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura mengenai tantangan mereka untuk berpartisipasi dalam program pengembangan kemampuan kepemimpinan. 

Sebanyak 28 persen responden mengatakan bahwa walaupun perusahaan memberikan program pengembangan kepemimpinan, namun sangat minimal kesempatan untuk mempraktekkan hal-hal yang telah mereka pelajari.

Sedangkan 27 persen dari mereka merasa sulit untuk meluangkan waktu antara beban tanggung jawab pekerjaan dan urusan domestik.

Dan 22 persen mengatakan bahwa perusahaannya tidak melibatkan mereka dalam memutuskan program pelatihan kepemimpinan yang paling cocok yang sesuai dengan kebutuhan mereka, terutama sebagai seorang perempuan.

Mentorship adalah program pengembangan kepemimpinan yang efektif karena berpusat pada keinginan belajar dan passion dalam bekerja. Merupakan langkah yang bijak bagi perusahaan-perusahaan apabila dapat memastikan bahwa tenaga profesional perempuan diberikan akses untuk berelasi dengan role models atau figur panutan untuk bimbingan, pembinaan, dan advokasi atas bakat yang mereka miliki,” pendapat Svida Alisjahbana, CEO, GCM Group yang juga hadir dalam forum.

Perihal praktik terbaik dalam menarik dan merekrut talenta perempuan terbaik, perusahaan-perusahaan akan sangat diuntungkan apabila mereformasi proses rekrutmen mereka dengan menggunakan pendekatan yang lebih empatik.

Misalnya juga menawarkan fleksibilitas bekerja adalah kunci dalam menarik talenta perempuan, terutama untuk permepuan profesional yang juga memikul tanggung jawab rumah tangga.

Tatanan kerja yang fleksibel akan memungkinkan perusahaan dan talenta perempuan untuk bersama-sama mengidentifiikasi tanggung jawab spesifik dan tujuan khusus yang dapat dicapai oleh talenta.

“Fleksibilitas memang menawarkan kesempatan untuk mendapatkan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaam yang lebih sehat. Namun, bagi para perempuan profesional khususnya para ibu dengan tanggung jawab domestik dan pengasuhan anak, fleksibilitas bukan hanya soal lokasi kerja. Fleksibilitas juga termasuk perihal kebebasan mengelola jam kerja yang paling sesuai serta beban tanggung jawab yang wajar dalam perusahaan dengan tujuan yang jelas” tutup Shirley Santoso.

Jadi, dalam survei Kearney diidentifikasi talenta perempuan di atas 30 tahun (30 persen) dan dibawah 30 tahun (24 persen) lebih menyukai perusahaan yang menawarkan tatanan kerja yang fleksibel.

Artikel ini telah terbit di https://nova.grid.id/read/053185229/tiga-pemimpin-perempuan-indonesia-bicara-inklusivitas-di-tempat-kerja?page=all

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm