"Jadi ini bisnis jangka panjang, bukan jangka pendek. Bedakan dengan Jiwasraya yang ketika dia masuk itu beli saham, enggak masuk bisnisnya, hanya nunggu investasi saham. Kemudian pemilik GoTo kan banyak yang kuat-kuat juga di sana," ungkapnya.
Selain persoalan investasi, perusahaan telekomunikasi berpelat merah ini juga menjadi sorotan terkait persoalan masa jabatan Direktur Utama Telkom Indonesia Ririek Adriansyah.
Netizen menilai masa jabatan Ririek sudah melebihi batasan dan semestinya diganti. Ririek disebut-sebut sudah menjadi anggota Direksi Telkom sejak tahun 2012.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang BUMN, masa jabatan direksi BUMN tidak dapat melebihi 5 tahun dan dapat diangkat kembali melalui RUPS untuk satu kali masa jabatan. Artinya, direksi BUMN hanya dapat menjabat maksimal 10 tahun.
Terkait hal itu, Arya menjelaskan, Ririek baru diangkat menjadi diirektur utama pada tahun 2019, yang berarti masih dapat mengisi posisi pucuk pimpinan Telkom. Ia bilang, sebelumnya Ririek menjabat sebagai Direktur Utama Telkomsel.
"Pak Ririek itu diangkat 2019, sebelumnya Dirut Telkomsel bukan Dirut Telkom, ya masih bisa lah. Tapi kita kan belum tahu juga, nanti kan ada RUPS. Tapi di RUPS pun enggak ada agenda pergantian pengurusan. Jadi kalau soal waktu ya tadi 2019, baru 3 tahun," jelas dia.
Sebagai informasi, Ririek memang sempat menjabat sebagai Direksi Telkom sepanjang 2012-2015, kemudian ia menjabat sebagai Direktur Utama Telkomsel sepanjang 2015-2019 hingga akhirnya di 2019 diangkat menjadi Direktur Utama Telkom.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Soal Telkom Rugi Investasi di GoTo, Stafsus Erick Thohir: Ini Bisnis Jangka Panjang, Bedakan dengan Jiwasraya", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2022/05/18/050000626/soal-telkom-rugi-investasi-di-goto-stafsus-erick-thohir--ini-bisnis-jangka?page=all#page2.