Misalnya, Bartolomeo Scappi, seorang koki kepausan (lembaga Katolik) pada pertengahan abad ke-16, menciptakan hidangan ketiga untuk jamuan makan dengan resep yang rumit.
Hidangan tersebut terdiri dari ayam rebus disertai dengan pasta berisi (ravioli) yang terbuat dari perut babi rebus, daging sapi, babi panggang, keju parmesan, keju segar, gula, bumbu, rempah-rempah, dan kismis.
Masih banyak resep pasta rumit lainnya yang muncul pada era Renaissance. Beda cerita dengan pasta, yang dianggap sebagai makanan praktis pada abad ini.
Namun di tempat yang berbeda pada kurun waktu yang tidak terlalu jauh, pasta justru menjadi makanan rakyat jelata dan juga rajanya.
Pada akhir abad ke-17 di Napoli, pasta menjadi makanan pokok utama bagi masyarakat umum.
Era 1700-an mereka mulai suka memakan makaroni, yang sebelumnya menggemari makanan berbahan daun pada era 1500-an.
Perubahan pola makan tersebut dilandasi dari kemerosotan standar hidup masyarakat umum, yang secara signifikan membatasi akses mereka ke daging. Pada saat bersamaan gandum dijual dengan harga yang relatif murah.
Pembatasan makan dengan alasan agama juga berpengaruh pada perubahan pola makan.
Pasta saat itu dianggap makanan ideal untuk hari-hari ketika dilarang makan daging. Sejak saat itu pasta identik dengan makanan sehari-hari rakyat pada umumnya.
Namun, pasta mampu menaklukan selera kelas atas seperti Raja Ferdinan IV dari Napoli yang dikisahkan melahap macaroni sangat banyak.