Kala itu, Julius Caesar memutuskan mengganti penanggalan Romawi yang terdiri dari 10 bulan atau 304 hari yang dibuat Romulus pada abad ke-8.
Kemudian, Julius Caesar mengenalkan kalender Julian yang terdiri dari 365 hari.
Kalender Julian Masehi itu memiliki dua bulan tambahan, yakni Januari dan Februari di awal tahun.
Selain itu, 1 Januari ditetapkan sebagai hari pertama dalam satu tahun.
Julius Caesar juga memerintahkan tambahan satu hari setiap empat tahun sekali, yakni pada Februari.
Nama bulan Januari diambil dari nama dewa dalam mitologi Romawi, yaitu Dewa Janus, yang memiliki dua wajah menghadap ke depan dan ke belakang.
Masyarakat Romawi Kuno meyakini bahwa Dewa Janus adalah dewa yang mampu melihat masa lalu, sekaligus masa depan.
Untuk menghormati Dewa Janus, orang-orang Romawi mengadakan perayaan setiap 31 Desember tengah malam guna menyambut 1 Januari.
Perayaan tahun baru 1 Januari pertama dilakukan oleh orang Romawi Kuno dengan memuja Dewa Janus, dengan melakukan festival dan pemujaan.
Kemudian, bangsa Romawi Kuno meniru bangsa Tiongkok yang menggunakan kembang api dalam perayaan hari besar.
Nah, itulah kenapa perayaan tahun baru identik dengan kembang api, teman-teman.
Indonesia pun juga merayakan tahun baru dengan pesta kembang api.
Tah hanya itu, ada banyak tradisi perayaan tahun baru di Indonesia, salah satunya ada pesta bakar-bakar barbekyu.
Artikel ini telah terbit di https://bobo.grid.id/read/083635249/sejarah-perayaan-tahun-baru-dulunya-dirayakan-11-hari-berturut-turut?page=all