SonoraBangka.id - Mungkin ada diantara teman-teman yang tahu kapan sejarah perayaan tahun baru dilaksanakan?
Hal ini menarik diketahui, karena tahun baru dirayakan oleh seluruh masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia.
Perayaan tahun baru memang identik dengan pesta kembang api pada 31 Desember hingga 1 Januari dini hari.
Tak lupa, kita akan melakukan hitungan mundur bersama-sama.
Ternyata, tradisi perayaan tahun baru sudah ada sejak ribuan tahun lalu, lo!
Meski masyarakat zaman kuno ada yang belum menggunakan kalender Masehi seperti sekarang ini, mereka merayakan tahun baru berdasarkan penanggalan masing-masing.
Berikut sejarah perayaan tahun baru Masehi seperti dirangkum dari Kompas.com.
Sejarah Perayaan Tahun Baru
Sejarah perayaan tahun baru sudah ada sejak ribuan tahun lalu, yakni sekitar 4.000 tahun lalu di Babilonia Kuno.
Namun, saat itu tahun baru tidak dirayakan pada 1 Januari.
Bagi orang Babilonia kuno, permulaan tahun adalah bulan baru setelah fenomena vernal equinox.
Fenomena vernal equinox adalah hari di mana durasi siang hari dan durasi malam hari adalah sama.
Biasanya, fenomena ini terjadi pada bulan Maret pada penanggalan Masehi.
Untuk menyambut tahun baru, masyarakat Babilonia Kuno menggelar festival keagamaan besar-besaran yang disebut Akitu.
Pada festival Akitu, bangsa Babilonia kuno mengadakan ritual tahun baru selama 11 hari berturut-turut.
Sumber lain mengungkapkan bahwa perayaan tahun baru telah dilakukan oleh masyarakat Mesopotamia sekitar 2000 SM
Bangsa Mesopotamia merayakan pergantian tahun saat matahari tepat berada di atas garis ekuator atau khatulistiwa, yang sekarang bertepatan dengan 20 Maret.
Perayaan tahun baru oleh bangsa Mesopotamia itu disebut Nowruz, yang sampai saat ini masih dilakukan di beberapa negara Timur Tengah.
Perayaan Tahun Baru 1 Januari
Sejarah perayaan tahun baru pada 1 Januari pertama kali dilakukan di masa Kaisar Romawi Julius Caesar pada 46 SM.
Kala itu, Julius Caesar memutuskan mengganti penanggalan Romawi yang terdiri dari 10 bulan atau 304 hari yang dibuat Romulus pada abad ke-8.
Kemudian, Julius Caesar mengenalkan kalender Julian yang terdiri dari 365 hari.
Kalender Julian Masehi itu memiliki dua bulan tambahan, yakni Januari dan Februari di awal tahun.
Selain itu, 1 Januari ditetapkan sebagai hari pertama dalam satu tahun.
Julius Caesar juga memerintahkan tambahan satu hari setiap empat tahun sekali, yakni pada Februari.
Nama bulan Januari diambil dari nama dewa dalam mitologi Romawi, yaitu Dewa Janus, yang memiliki dua wajah menghadap ke depan dan ke belakang.
Masyarakat Romawi Kuno meyakini bahwa Dewa Janus adalah dewa yang mampu melihat masa lalu, sekaligus masa depan.
Untuk menghormati Dewa Janus, orang-orang Romawi mengadakan perayaan setiap 31 Desember tengah malam guna menyambut 1 Januari.
Perayaan tahun baru 1 Januari pertama dilakukan oleh orang Romawi Kuno dengan memuja Dewa Janus, dengan melakukan festival dan pemujaan.
Kemudian, bangsa Romawi Kuno meniru bangsa Tiongkok yang menggunakan kembang api dalam perayaan hari besar.
Nah, itulah kenapa perayaan tahun baru identik dengan kembang api, teman-teman.
Indonesia pun juga merayakan tahun baru dengan pesta kembang api.
Tah hanya itu, ada banyak tradisi perayaan tahun baru di Indonesia, salah satunya ada pesta bakar-bakar barbekyu.
Artikel ini telah terbit di https://bobo.grid.id/read/083635249/sejarah-perayaan-tahun-baru-dulunya-dirayakan-11-hari-berturut-turut?page=all