Terdapat dua jenis asuransi penyakit kritis, yaitu asuransi penyakit kritis tradisional dan asuransi jenis tambahan atau ride.
Asuransi penyakit kritis tradisional biasa juga disebut stand alone.
Asuransi ini hanya memberikan satu manfaat saja, yakni perlindungan penyakit kritis.
Asuransi penyakit kritis tradisional ini tidak terikat dengan polis asuransi lainnya.
Jika menginginkan manfaat kesehatan atau jiwa, maka harus membeli polis yang berbeda.
Sementara asuransi jenis tambahan merupakan fasilitas tambahan yang mengikuti asuransi jiwa sebagai fasilitas utama.
Di sini, tertanggung hanya perlu satu polis dengan beberapa manfaat, salah satunya perlindungan penyakit kritis yang biasanya tersedia di asuransi unitlink.
4. Sesuaikan Anggaran
Banyaknya penyakit kritis yang dilindungi dan semakin besar nilai santunan, maka semakin besar juga premi yang harus dibayarkan.
Sesuaikan kembali dalam memilih produk asuransi dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan agar tidak memberatkan kondisi keuangan.
Karena perlu diingat bahwa pembayaran asuransi adalah rutin dan kalau bisa selama kita hidup.
5. Perhatikan syarat, aturan, dan jumlah yang bisa diklaim
Dokumen diperlukan sebagai syarat dan cara klain yang cepat terkumpul dengan lengkap akan juga mempercepat proses pencarian uang.
Tentunya syarat dan cara klaim akan berbeda di setiap perusahaan.
Namun dokumen yang biasa dikumpulkan hampir sama, antara lain copy kartu identitas tertanggung, surat keterangan dari dokter, surat hasil pemeriksaan, nomer polis, form pengajuan klaim, dan rekam medis.
Namun, syarat dan ketentuan nominal santunan yang bisa diterima pun akan berbeda di setiap perusahaan asuransi yang bisa bergantung pada seberapa kritis kondisi yang dialami.
Artikel ini telah terbit di https://nova.grid.id/read/053638965/berkaca-dari-kasus-indra-bekti-ini-5-tips-pentingnya-memilih-asuransi-penyakit-kritis-yang-benar?page=all