“Jangan cepat terprovokasi, jangan menyebar isu-isu hoaks yang tidak benar. Karena yang dirugikan juga adalah masyarakat,” jelas Molen.
Selama menjadi kepala daerah, Molen mengaku sudah merasakan bagaimana rasanya posisi naik turun dikritik masyarakat. Tak hanya dikritik, dirinya pun sampai mendapatan perundungan atau bullying dari lawan-lawan politiknya.
Namun bagi masyarakat, menjelang mulai panasnya tensi politik hal ini perlu diantisipasi.
Apalagi bagi segelintir oknum yang sengaja menyebar informasi salah dan keliru. Serta informasi itu dianggap benar oleh masyarakat, tentunya hal ini bisa berdampak dan memberikan efek yang lain.
Tentunya hal ini perlu edukasi dan peran dari pada tokoh agama dan masyarakat yang ada, untuk mendinginkan suhu politik di masyarakat.
“Kalau saya apa udah biasa, pernah mengalami naik turun, dibully, dikritik orang. Kalau bangun pagi-pagi saya baca berita saya buka handphone di Facebook segala macam, kalau tidak ada yang ngebully saya malah saya heran,” ujarnya.
Maka dari itu kata Molen, dirinya mengajak semua pihak untuk menjaga iklim ini dan berbagi tugas.
Ia sebagai sebagai umara atau pemimpin siap bertanggung jawab terhadap jalannya pemerintahan, yang dalam menjalankan pemerintahan tersebut tidak boleh bertentangan dengan prinsip yang dituntunkan oleh para ulama dalam penentuan kebijakan.
Sedangkan ulama dapat bertanggung jawab untuk menuntun masyarakat, termasuk pemerintah, agar tetap di atas jalan yang benar, sebagaimana dijelaskan agama.
Karena tujuannya sama, untuk membawa oleh-oleh menghadap Allah SWT.
“Melalui para ulama saya yakin akan didengar oleh masyarakat, kalau yang bicaranya seorang kyai besar, saya yakin masyarakat akan mendengarkan itu,” kata Molen.
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Wali Kota Pangkalpinang Maulan Aklil Ajak Tokoh Agama dan Masyarakat Dinginkan Suhu Politik, https://bangka.tribunnews.com/2023/03/02/wali-kota-pangkalpinang-maulan-aklil-ajak-tokoh-agama-dan-masyarakat-dinginkan-suhu-politik?page=all.