Ilustrasi
Ilustrasi ( ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah )

Jadi Tradisi di Wilayah Indonesia, Ini 5 Cara Unik Membangunkan Sahur

5 April 2023 20:59 WIB

SonoraBangka.id - Di bulan puasa ini, apakah teman-teman sudah ada cara unik membangunkan sahur orang-orang di sekitar rumah? 

Di Indonesia, tradisi membangunkan sahur masih dilestarikan hingga sekarang. 

Sebagai negara yang memegang teguh nilai kekeluargaan dan gotong royong, masyarakat Indonesia suka dan terbiasa membantu orang lain.

Salah satu wujud gotong royong yang dilakukan di bulan Ramadan adalah membangunkan orang sahur secara serentak di wilayah tertentu. 

Uniknya, setiap daerah punya cara dan tradisi yang berbeda untuk membangunkan orang sahur, teman-teman. 

Nah, pada artikel kali ini, Bobo akan mengajak teman-teman mengenal beberapa cara unik membangunkan sahur yang dilakukan di Indonesia. Yuk, simak!

1. Dengo-Dengo (Sulawesi Tengah)

Cara unik membangunkan sahur bernama dengo-dengo ini dilakukan oleh masyarakat Kota Bangku, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. 

Tradisi dengo-dengo dilakukan dengan menabuh gong, gendang, dan rebana pada waktu menjelang sahur. 

Dilansir dari Kompas.comdengo-dengo ini merupakan bangunan setunggi 15 meter, terbuat dari batang bambu dengan lantai papan 3 x 3 meter persegi, yang didirikan menjelang Ramadan. 

Istilah dengo-dengo dalam bahasa Indonesia berarti 'tempat istirahat', yang dikenal sejak masuknya agama Islam pada abad ke-17. 

Menjelang petang, dengo-dengo dimanfaatkan masyarakat setempat untuk tempat beristirahat sambil menanti waktu berbuka puasa. 

Sedangkan menjelang sahur, biasanya masyarakat akan berkumpul di dengo-dengo mulai pukul 01.30 waktu setempat. 

Uniknya, bangunan yang khas dengan bulan Ramadan ini merupakan satu-satunya di Sulawesi Tengah, lo. 

2. Klotekan (Yogyakarta)

Meski kebanyakan daerah sudah membangunkan sahur dengan memanfaatkan pengeras suara di Masjid, beberapa daerah di Yogyakarta masih melestarikan tradisi klotekan

Dalam bahasa Indonesia, istilah klotekan diambil dari bunyi 'klotak-klotek' yang dihasilkan beberapa alat musik atau benda yang dipukul bersamaan.

Dahulu, orang Yogyakarta membangunkan orang sahur dengan alat musik tradisional dan barang-barang seadanya di rumah untuk membuat suara ramai. 

Namun, sekarang banyak juga yang sudah memanfaatkan alat musik seperti drum yang dibawa dengan gerobak. 

Tradisi klotekan ini dilakukan dengan cara berkeliling wilayah permukiman warga dengan membunyikan alat musik yang dibawa, sambil berteriak 'sahur.. sahur..". 

Orang yang melakukan klotekan biasanya berasal dari para pemuda di desa atau remaja masjid pada bulan Ramadan. 

3. Ngarak Bedug (Jakarta)

Orang-orang Jakarta juga punya cara unik untuk membangunkan orang untuk sahur, namanya ngarak bedug

Tradisi ngarak bedug yang berjalan di Jakarta ini diketahui telah ada sejak ratusan tahun lalu, ketika Jakarta masih berupa hutan dan rawa-rawa. 

Pada saat itu, bedug merupakan alat musik yang dapat membantu membangunkan sahur karena suaranya yang keras. 

Tradisi ngarak bedug dilakukan dengan cara satu rombongan menarik gerobak dengan bedug di atasnya, sambil memukul dan membunyikan alat musik tradisional.  

Alat musik pelengkap suara bedug adalah genta, rebana, dan genjring. 

Masyarakat yang melakukan ngarak bedug akan berjoget, membunyikan musik, sambil menyanyikan lagu daerah Betawi. 

Uniknya, tak jarang ada juga Ondel-Ondel yang turut terlibat dalam tradisi ngarak bedug ini, teman-teman. 

4. Bagarakan Sahur (Kalimantan Selatan)

Hampir sama dengan tradisi ngarak bedug dan klotekan, masyarakat Kalimantan Selatan memiliki cara unik membangunkan sahur yang dinamakan Bagarakan Sahur

Bagarakan Sahur ini sudah menjadi tradisi turun-temurun yang dilakukan sejak masuknya agama Islam ke Banjar. 

Pada zaman itu, masyarakat kesulitan bangun dini hari untuk sahur karena belum ada pengeras suara di masjid. 

Lantas, masyarakat mulai mengembangkan ide untuk berkeliling dan membunyikan alat musik untuk membangunkan sahur. 

Tradisi Bagarakan Sahur ini dilakukan sekitar pukul 2 sampai 3 dini hari, dan diikuti oleh banyak orang dari segala usia. 

Tidak hanya alat musik, semua orang yang tertarik mengikuti Bagarakan Sahur dapat membawa peralatan seadanya, seperti panci, kaleng, bahkan radio tape

5. Ubrug-Ubrug (Jawa Barat)

Di Jawa Barat, cara unik membangunkan sahur dikenal dengan tradisi ubrug-ubrug.  

Tradisi ubrug-ubrug dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Karawang, Jawa Barat dengan memanfaatkan alat musik tradisional. 

Cara melakukan ubrug-ubrug yaitu dengan berkeliling kampung dan memainkan alat musik secara berduyun-duyun. 

Kadang-kadang pesinden juga turut meramaikan tradisi ubrug-ubrug ini agar semakin menarik orang untuk bangun dan menjalankan sahur. 

Tradisi ubrug-ubrug ini biasanya dimulai sejak pukul 22.00 hingga menjelang sahur sekitar pukul 03.00 WIB. 

Jadi, itulah beberapa cara unik membangunkan sahur yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. 

Kalau di daerah kamu bagaimana?

Artikel ini telah terbit di https://bobo.grid.id/read/083723770/5-cara-unik-membangunkan-sahur-jadi-tradisi-di-wilayah-indonesia?page=all

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm