Naiknya permintaan itu tak lepas dari kondisi pemulihan ekonomi China di kuartal I-2023 setelah pencabutan pembatasan Covid-19. Ekonomi negara ini pulih melampaui ekspektasi di tiga bulan pertama, dengan permintaan minyak mentah mencapai 16 juta barrel per hari pada Maret 2023.
Proyeksi permintaan yang naik itu membuat harga minyak mentah dunia tidak jatuh lebih dalam.
Faktor lain yang juga mendorong harga minyak yakni Departemen Energi Amerika Serikat (AS) yang bakal membeli minyak mentah sebanyak 3 juta barrel untuk pengiriman Agustus 2023 sebagai langkah untuk mulai mengisi cadangan minyak strategis (SPR).
SPR telah turun ke level terendah sejak 1983 setelah pemerintahan Joe Biden melakukan penjualan terbesar yang pernah ada dari stok darurat sebanyak 180 juta barrel di tahun lalu.
Pelepasan stok dari cadangan minyak strategis itu sebagi bagian dari strategi AS untuk menstabilkan pasar minyak yang melonjak dan memerangi harga yang tinggi setelah invasi Rusia dari Ukraina.
Kebijakan pengisian cadangan minyak strategis AS ini bakal memperketat stok minyak mentah di pasar global. Terlebih, pasokan minyak di Amerika Utara tergganggu akibat kondisi kebakaran hutan di Alberta, Kanada.
Kebakaran di Kanada menutup pasokan minyak mentah sedikitnya 319.000 barrel setara minyak per hari, setara 3,7 persen dari produksi minyak nasional.
Pasokan minyak global juga berpotensi semakin mengetat di paruh kedua tahun ini, lantaran Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, atau OPEC+ berencana kembali mengurangi produksinya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Harga Minyak Dunia Turun karena Data Ekonomi China Melemah ", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2023/05/17/073605226/harga-minyak-dunia-turun-karena-data-ekonomi-china-melemah?page=all#page2.