Ilustrasi akademisi soroti soal perubahan usia remaja berhubungan intim pertama kali
Ilustrasi akademisi soroti soal perubahan usia remaja berhubungan intim pertama kali ( Tes.com )

Dosen Sosiologi UBB Beberkan Sebab Remaja Usia 16-17 Tahun Sudah Berhubungan Intim

28 Juli 2023 08:09 WIB

SonoraBangka.idBKKBN di Indonesia mengurai data, tahun 2008 remaja berhubungan intim untuk pertama kali di usia 21 tahun (60 persen), 23 tahun ke atas (20 persen), sebelum 20 tahun (20 persen)

Tahun 2023, remaja berhubungan intim di usia 16-17 tahun (60 persen), 19-20 (20 persen) dan 14-15 (20 persen).

Akademisi sekaligus Dosen Sosiologi Universitas Bangka Belitung, Luna Febriani mengatakan data BKKBN ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan pola pada usia remaja berhubungan intim untuk pertama kali.

"Pada tahun-tahun sebelumnya didominasi pada kelompok usia 21 tahun. Namun saat ini usia pertama remaja berhubungan intim didominasi pada usia yang jauh lebih muda yakni kelompok remaja 16-17 tahun," katanya.

Dia menjelaskan perubahan tingkat usia remaja dalam melakukan hubungan intim pertama kali tidak disebabkan oleh faktor tunggal, melainkan ada beragam faktor yang menyebabkan faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Pertama, perkembangan teknologi. Kemajuan teknologi menjadi paradoks bagi masyarakat kita, terlebih jika kemajuan teknologi tidak dibarengi dengan kemampuan dan pengetahuan masyarakat kita dalam menggunakan dan mengelola teknologi di kehidupannya.

"Karena kemajuan teknologi ini tidak saja dapat memberikan dampak positif dalam kehidupan masyarakat, namun berkontribusi pula dalam melahirkan dampak negatif. Dalam hal ini dampak negatif yang diberikan dapat berupa penyebarluasan maupun dalam mengakses konten tidak senonoh yang dimediasi melalui gawai dan jaringan internet," katanya.

Penyebarluasan dan pengaksesan ni dapat diakses oleh siapa saja dan kapan pun, terlebih dalam masyarakat kita sekarang, hampir semua golongan terutama dari sisi usia telah memiliki gawai.

"Hal ini akan mempermudah orang untuk mendapatkan akses konten-konten negatif," lanjutnya. 

Kedua, berkaitan dengan faktor globalisasi yang merupakan konsekuensi dari perÄ·embangan teknologi itu. Globalisasi atau proses terhubungnya masyarakat dunia dalam semua aspek kehidupan seperti budaya, sosial, ekonomi dll. Atau dengan kata lain, globalisasi merupakan proses memudarnya batas dan sekat-sekat antar negara.

Serupa dengan perkembangan teknologi, globalisasi juga dapat menjadi hal baik dan justru sebaliknya menjadi hal yang negatif. Dengan memudarnya batas negara memberikan resiko terhadap memudarnya identitas dan kebudayaan masyarakat kita. Identitas dan kebudayaan masyarakat ini dapat menjadi cermin dan pedoman masyarakat dalam berperilaku di kehidupan masyarakat.

"Nah, ketika hal ini pudar, maka pedoman dalam berperilaku dan berkehidupan pun otomatis akan ikutan hilang. Tidak menutup kemungkinan, pedoman dalam berperilaku masyarakat sekarang bersifat homogen seiring terjadinya globalisasi, yang mana yang menjadi pedoman dalam berperilaku ini tergantung pada budaya mana yang memegang kekuatan besar dalam konteks global," katanya.

Ketiga, pendidikan yang kurang memadai. Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, kemajuan teknologi dan globalisasi harus dibarengi dengan pemahaman dan pengetahuan sumber daya manusia nya.

Jika tidak akan berkontribusi negatif. Terkait usia remaja yang melakukan hubungan seks semakin meningkat di usia 16-17, dapat juga disebabkan karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan anak remaja kita, baik pengetahuan literasi digital maupun pengetahuan tentang pendidikan seksual sejak dini.

"Minimnya stok pengetahuan ini menyebabkan mereka tidak memiliki basis terkait resiko-resiko yang akan didapatkan jika mengakses maupun mengimplentasikan apa yang mereka dapatkan dari dunia digital. Kurangnya pengetahuan ini menyebabkan tidak adanya kontrol dalam diri remaja terkait apa yang akan merek lakukan," katanya.

Dan, keempat minimnya pendampingan serta kontrol sosial dari orang tedekat dalam hal ini keluarga. Sekarang ini seiring perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, perilaku anak-anak mengalami perubahan, perubahan ini harusnya dibarengi dengan kemampuan orang tua dalam menghadapi perubahan.

"Seperti sebelumnya disampaikan, sekarang ini anak remaja dekat sekali dengan akses teknologi, mereka dapat mengakses konten-konten baik yang positif maupun negatif kapanpun dan dimanapun. Maka hal ini harus dibarengi dengan kemampuan orang tua dalam memahami anak dan memahami perubahan yang terjadi," katanya.

Di sini pengetahuan dan wawasan orang tua menjadi penting dalam mengasuh, mengajarkan, membimbing hingga mendampingi anak. Maka, yang perlu ditekankan di tengah kondisi yang semakin kompleks sekarang ini adalah untuk menjadi orang tua itu perlu ilmu dan pengetahuan juga, tidak cukup sekedar afeksi semata.

"Mencegah anak melakukan hubungan intim di usia-usia remaja menjadi penting, karena ini juga memutus rantai-rantai masalah lainnya, seperti pernikahan dini, angka putus sekolah, kematian ibu dan anak, serta kekerasan-kekerasan dalam rumah tangga," katanya.

Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Remaja Usia 16-17 Tahun Sudah Berhubungan Intim, Dosen Sosiologi UBB Beberkan Penyebabnya, https://bangka.tribunnews.com/2023/07/27/remaja-usia-16-17-sudah-berhubungan-intim-dosen-sosiologi-ubb-beberkan-penyebabnya?page=all.

SumberBangkapos.com
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm