Dalam aksi pemadaman itu pihaknya mengerahkan puluhan personel dengan tiga unit mobil pemadam kebakaran.
Mayoritas kebakaran yang terjadi belakangan ini adalah karhutla.
Hal ini seiring dengan datangnya puncak musim kemarau.
“Alhamdulillah tidak ada korban jiwa. Kurang lebih sekitar 20 hektar lahan terbakar dari lima titik,” ungkap Wardi.
Di samping itu lanjut dia, dari kasus karhutla pihaknya belum mengetahui pasti penyebab pasti kejadian itu.
Pihaknya menduga kebakaran itu dilakukan secara sengaja.
Terutama ulah segelintir oknum masyarakat yang hendak membuka lahan dengan cara dibakar.
Musim kemarau 2023 lebih kering dibandingkan tiga tahun sebelumnya.
Puncak kemarau kering diprediksi terjadi pada Agustus hingga awal September.
Ini disebabkan fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang terjadi di samudra.
“Diduga lahan ini sengaja dibakar karena untuk membuka lahan,” sebutnya.
Mengingat tingginya kasus karhutla yang terjadi, Wardi mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar. Begitu pula bagi para perokok, agar tidak membuang puntung rokok secara sembarangan.
Karena hal itu dapat mengakibatkan kebakaran lahan maupun hutan di tengah musim kemarau.
“Kami juga mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar,” ingat Wardi.
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Bangka Selatan Dikepung Api, Sehari Lima Kali Kebakaran, https://bangka.tribunnews.com/2023/09/13/bangka-selatan-dikepung-api-sehari-lima-kali-kebakaran?page=all.