Dilansir dari laman Science Focus, sekitar 300 juta tahun yang lalu, di zaman Karbon, iklim bumi hangat dan lembab, sehingga banyak terdapat rawa-rawa besar.
Ketika bahan tanaman (dan bahan organik lainnya) dari hutan rawa yang lebat terakumulasi dan membusuk di dasar rawa, bahan tersebut terkubur dan kemudian menjadi padat.
Dari sebagian bahan organik yang terurai ini, kondisi anaerobik akibat kekurangan oksigen kemudian membentuk gambut.
Ketika gambut ini terkubur pada kedalaman yang relatif dangkal, panas dan tekanan yang terus menekannya di antara lapisan sedimen, mengubahnya menjadi lignit (batu bara muda).
Lignit adalah bahan lembut seperti batu bara berwarna hitam kecoklatan dengan kadar air tinggi.
Dengan penguburan yang terus menerus, panas, dan deformasi struktur, lignit ini bermetamorfosis menjadi batu bara sub-bituminus dan bituminus (batu bara lunak).
Hingga akhirnya seiring berjalannya waktu menjadi antrasit (batu bara keras), dan semakin banyak metamorfismenya, semakin keras dan kaya pula kandungan karbon batu bara tersebut.
Jenis-jenis batu bara
Menurut Badan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat, batu bara diklasifikasikan menjadi empat jenis atau peringkat utama: antrasit, bitumen, sub bituminus, dan lignit.
Peringkat endapan batu bara bergantung pada jenis dan jumlah karbon yang dikandung batubara serta jumlah energi panas yang dapat dihasilkan.