"Sejak zaman penjajahan, bahasa Belanda hanya populer di kalangan terbatas, kelas pribumi terdidik ala Belanda," kata dia.
Menurut Warto, mayoritas masyarakat pribumi di Hindia Belanda lebih sering memakai bahasa daerah atau Melayu.
Hal ini terjadi sebagai bagian dari politik kolonial. Dia mengatakan, penjajah berusaha supaya pribumi tetap bodoh dan mudah dikuasai.
"Orang Belanda menganggap bahwa pribumi harus diajari peradaban mereka yang maju di bawah bimbingannya. Inilah politik perwalian," lanjutnya.
Kondisi tersebut membuat orang Belanda merasa bahasa Belanda tidak perlu diajarkan kepada mayoritas pribumi.
Belanda fokus menjajah
Warto juga menyebut, Belanda lebih fokus mencari keuntungan ekonomi sehingga tidak mementingkan pengenalan budaya dan bahasa mereka ke masyarakat lokal.
"Termasuk pribumi tidak perlu sekolah tinggi-tinggi dan tidak usah mengenal bahasa Belanda kecuali sebagian kecil elitenya," imbuh dia.
Doktor ilmu linguistik bahasa Belanda dari Universitas Indonesia (UI) Zahroh Nuriah mengatakan, bahasa Belanda tidak dikenal secara umum oleh masyarakat Indonesia saat ini meskipun dulu dijajah dalam waktu lama dan ada pertukaran bahasa.
Hal ini terjadi karena karakter penjajahan Belanda di negara jajahannya berbeda dengan penjajahan Inggris.
"Belanda itu tidak mencoba menerapkan invasi kebudayaan, budayanya tidak berusaha diterapkan, bahasa tidak diajarkan di Indonesia," jelas dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pernah Menjajah, Mengapa Bahasa Belanda Kurang Dikenal di Indonesia?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/22/063000965/pernah-menjajah-mengapa-bahasa-belanda-kurang-dikenal-di-indonesia-?page=all#page2.