“Saya pikir mereka memiliki peluang bagus untuk mengurangi populasi lokal, bahkan mungkin memusnahkan suatu spesies di suatu wilayah,” kata ahli ekologi Universitas Negeri Illinois, AS Steven Juliano.
Namun, dia berpendapat hal ini tidak bisa memusnahkan nyamuk secara keseluruhan dari Bumi.
Kemungkinan risikonya
Dikutip dari Forbes (13/9/2017), nyamuk yang menghilang berpotensi besar memengaruhi migrasi Rangifer tarandus karibu atau sejenis rusa besar di Kutub Utara.
Diketahui, nyamuk mengendalikan migrasi rusa kutub. Kawanan besar mereka di Kanada selalu bergerak untuk mencari makan di waktu yang sama setiap tahun.
Akan tetapi, di musim panas mereka melakukan lebih banyak perjalanan, menempuh jarak yang lebih jauh dan pindah ke tempat yang lebih tinggi, terkadang menghindari tempat makan terbaik, hanya karena mencoba menghindari kawanan nyamuk raksasa yang mengganggu Kutub Utara di musim panas.
Seluruh waktunya dihabiskan untuk berlari. Dengan tidak makan, berarti mereka menimbun lebih sedikit lemak yang mereka perlukan untuk menghadapi musim dingin, yang sering kali berujung pada kematian.
Semua ini dilakukan lantaran rusa kutub terganggu oleh nyamuk yang akan menyedot hingga satu liter darah mereka dalam seminggu.
Nah, membunuh nyamuk-nyamuk, jelas akan mengubah rute migrasi rusa kutub yang bersejarah, dengan konsekuensi yang tidak dapat diprediksi.
Di sisi lain, populasi karibu saat ini semakin mengecil dari sebelumnya. Populasi terus turun, terutama disebabkan karena perusakan habitat oleh manusia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa yang Akan Terjadi pada Bumi jika Semua Nyamuk Menghilang?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/23/100000265/apa-yang-akan-terjadi-pada-bumi-jika-semua-nyamuk-menghilang?page=all#page2.