"Meski pengakuan atas gelar pahlawan sangat penting, tapi tidak berarti narasi sejarah dan narasi kebangsaan kita hanya bertumpu pada penetapan gelar tersebut," terang Dewi Kanti, Komisioner Komnas Perempuan.
Kepahlawanan Menurut Komnas Perempuan
Lebih lanjut, Dewi Kanti memaparkan pula mengenai kepahlawanan dalam arti yang lebih luas.
Bahwasannya, kepahlawanan bukan sesuatu yang dapat diukur dengan tanda jasa yang diberikan oleh negara.
Bahkan sejatinya, kepahlawanan sangat mungkin berasal dari bentuk pengakuan dari masyarakat sendiri.
Untuk itu, Komnas Perempuan berupaya menghadirkan narasi atau kisah sudut pandang perempuan dalam perjalanan sejarah bangsa.
Sosok-sosok pahlawan bagi perempuan adalah mereka yang punya peran sosial besar dan sering terabaikan, hingga terlewatkan dalam narasi kebangsaan.
Pahlawan perempuan bukanlah hanya orang-orang yang terlibat berjuang di medan perang, tapi juga aspek sosial, politik, ekonomi, budaya, dan pendidikan.
Salah satunya seperti sosok Trisutji Djualiati Kamal, perempuan yang layak disebut pahlawan dalam kontribusinya di dunia seni dan budaya, yaitu musik.
Berkat kiprahnya, Trisutji Djualiti Kamal menurut Dewi Kanti layak disejajarkan dengan RA Kartini.
Adapun jasa yang sudah ditorehkan Trisutji Kamal adalah berjasa dalam karya musik internasional dengan mempertahankan identitas sebagai perempuan pertama Indonesia yang belajar komposisi musik di Eropa.
Ia juga menerbitkan buku "Tembang Puitik" berisi komposisi vokal dan piano.
Dewi Kanti juga menyinggung bahwa sosok pahlawan ialah aset bangsa yang semasa hidupnya menginspirasi sesama, dalam hal ini perempuan di Indonesia.
Selain itu, mereka juga yang memberikan warisan kepada masyarakat atas perjuangan di bidangnya masing-masing.
Jadi, itu tadi makna kepahlawanan di mata Komnas Perempuan. Kalau menurut Kawan Puan bagaimana?
Artikel ini telah terbit di https://www.parapuan.co/read/533941156/diskusi-komnas-perempuan-mengenal-apa-itu-kepahlawanan-di-mata-perempuan?page=all