“Kenaikan ini rata-rata memang karena berkurangnya stok, apalagi musimmusim tertentu yang mengakibatkan gagal panen, seperti cabai musim panas gagal panen. Kalau bawang, tomat dan sayur masuk musim penghujan ini juga naik harganya,” ujar Yuli.
Ia mengaku, pedagang masih mendatangkan cabai dan beberapa komoditi bumbu dapur lainnya dari luar Pulau Bangka.
Pasalnya hasil panen petani di Pulau Bangka, seperti cabai kurang bagus.
“Rata-rata sekarang bumbu dapur kita pasok dari Palembang, karena untuk cabai merah lokal kurang bagus, agak keriting buahnya,” kata Yuli.
Lanjut Yuli, tingginya harga komoditas bumbu dapur dan sayuran turut mempengaruhi daya beli masyarakat.
“Kalau yang belanja sih ada terus, tapi memang belinya dikit-dikit. Kalau cabai sekarang mulai banyak yang beralih ke cabai kering,” ucap Yuli.
Emak-emak mengeluh Ibu rumah tangga atau emak-emak di Kota Pangkalpinang, mengeluhkan harga berbagai kebutuhan yang naik, termasuk cabai.
“Ya, cabai rawit lokal mahal betul. Sekilo sekarang jadi Rp150 ribu, cabai merah juga mahal Rp120 ribu,” ujar Marni
salah seorang warga Kelurahan Air Itam, Pangkalpinang, Jumat (8/12).
Marni menilai, harga cabai saat ini sudah sangat tidak wajar.
“Masa harga cabai rawit lebih mahal dari harga daging. Tapi kan kalau kita nggak nyambel juga nggak enak,” keluhnya.