Menurut Erin, diet telur rebus mungkin aman dilakukan selama beberapa minggu. Namun, tidak boleh berkelanjutan untuk jangka panjang.
Dia juga menyebut, berat badan pelaku diet ini akan bertambah lebih banyak setelah menerapkannya. Ini karena orang cenderung makan berlebihan setelah menjalani diet yang sangat ketat.
“Ini adalah cara makan yang membatasi dan tidak seimbang yang dapat mengakibatkan kekurangan nutrisi dalam jangka panjang dan tidak berkelanjutan,” tambahnya.
Terpisah, pakar diet Allie Echeverria lebih menyarankan orang yang ingin menurunkan berat badan untuk memilih pola makan seimbang.
Orang tersebut harus mengonsumsi protein, serat, dan lemak setiap makan supaya tetap kenyang.
Efek samping kebanyakan telur rebus
Sementara itu, dilansir dari Everyday Health, terlalu banyak makan telur rebus juga tidak baik bagi kesehatan tubuh.
Diet ini sangat rendah kalori karena membatasi banyak makanan berserat tinggi seperti biji-bijian dan kacang-kacangan. Namun, telur tidak memiliki serat.
Karena itu, orang yang menjalaninya akan kehilangan asupan serat sehingga berisiko terkena sembelit.
Pakar kesehatan merekomendasikan laki-laki usia maksimal 50 tahun untuk mengonsumsi paling tidak 38 gram serat sementara perempuan mendapatkan setidaknya 25 gram serat.
Selain itu, telur mengandung kolesterol dan lemak jenuh yang tinggi sehingga dapat memengaruhi kadar penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2.
Para pakar menyarankan, seseorang hendaknya membatasi konsumsi telur.
Mengonsumsi 12 butir atau lebih telur per minggu termasuk pola makan tinggi telur.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ramai soal Diet Telur Rebus, Efektifkah Turunkan Berat Badan?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2023/12/17/093000465/ramai-soal-diet-telur-rebus-efektifkah-turunkan-berat-badan-?page=all#page2.