SonoraBangka.ID - Harga aset kripto Bitcoin (cryptocurrency BTC) telah mencetak rekor baru. Harga Bitcoin mencapai 70.105 dollar AS (sekitar Rp 1.089 miliar) per keping koin untuk pertama kalinya pada Jumat (8/3/2024).
Sebelumnya, harga Bitcoin sempat menembus 65.000 dollar AS (sekitar Rp 1.024 miliar) per keping koin pada awal pekan ini, yang kemudian terus merangkak menjadi 68.434 dollar AS (sekitar Rp 1.078 miliar) per Selasa (5/3/2024).
Harga tersebut pun memuncak di 70.105 dollar AS meski tidak bertahan lama. Pantauan di situs pelacak harga aset kripto CoinMarketCap, Sabtu (9/3/2024) pagi, kini harga tersebut sedikit turun menjadi 68.319 dollar AS (setara Rp 1.061 miliar).
Meski tak bertahan lama, angka yang melampaui 70.000 dollar AS ini memiliki arti bahwa harga Bitcoin mengalahkan rekor puncak aset kripto itu pada 2021, tepatnya dengan nilai nyaris 69.000 dollar AS (sekitar Rp 1.087 miliar).
Baca juga: Penyebab Harga Bitcoin Terus Naik Pekan Ini
Menurut Forbes, ada dua faktor yang membuat harga Bitcoin naik drastis, yakni karena Exchange-Traded Funds (ETF) Bitcoin spot dan peristiwa "halving day" yang akan berlangsung pada 19 April atau 20 April 2024 mendatang.
Pemerintah Amerika Serikat melalui Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) menyetujui Exchange-Traded Funds (ETF) berbasis Bitcoin pada Rabu (10/1/2024) waktu setempat. Ini pertama kalinya regulator AS memberikan restu pada ETF Bitcoin.
ETF Bitcoin spot merupakan kumpulan aset yang berfungsi seperti reksa dana. ETF biasa umumnya berisi portofolio saham, obligasi, atau komoditas. Sementara itu, ETF kripto yang disetujui AS ini berisi aset kripto, mulai dari Bitcoin, Ethereum, hingga altcoin lainnya.
ETF Bitcoin ini terdaftar dan diperdagangkan di bursa Nasdaq, NYSE, dan CBOE. Dengan begitu, investor dapat dengan mudah membeli dan menjualnya, termasuk melacak pergerakan harga.
Secara umum, terdapat 11 instrumen ETF Bitcoin spot yang disetujui SEC dan resmi diperdagangkan sejak Januari lalu, yaitu:
Menurut data Farside Investors, sembilan ETF Bitcoin spot baru telah mengumpulkan total 300.000 BTC. Ini berarti sembilan ETF spot sekarang memiliki 1,5 persen dari pasokan maksimum Bitcoin yang sebesar 21 juta keping BTC.
Adapun pemasukan senilai 17 miliar dollar AS (kira-kira Rp 266,5 triliun) sejak debut publiknya pada 11 Januari.
Arus masuk bersih ETF Bitcoin spot yang baru berusia 1 bulan lebih ini dilaporkan telah melampaui 6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 94 triliun.
Bitcoin halving adalah peristiwa yang terjadi 4 tahun sekali. Sesuai dengan namanya, halving pasokan Bitcoin adalah peristiwa di mana imbalan untuk menambang blok baru di blockchain Bitcoin dipotong setengahnya.
Setelah halving day, hadiah BTC yang diberikan kepada penambang akan dikurangi dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC per blok. Tujuan halving day antara lain untuk membatasi pasokan dan menekan inflasi BTC.
Mengacu riwayat sebelumnya, harga Bitcoin selalu mengalami kenaikan signifikan setelah halving day. Misalnya, Bitcoin mencapai harga 1.000 dollar AS setelah halving tahun 2012 dan mencapai 20.000 dollar AS setelah halving tahun 2016.
Halving terakhir yang terjadi pada 2021 mencetak rekor harga Bitcoin tertinggi sepanjang masa di level 69.000 dollar AS, sebagaimana dihimpun dari BlockWorks.
Dengan berkurangnya pasokan dan berlanjutnya permintaan yang kuat terhadap Bitcoin, hal ini diperkirakan akan mendorong harga BTC ke level yang lebih tinggi dalam jangka pendek.
Selain kedua faktor yang sudah dipaparkan sebelumnya, faktor yang mendorong kenaikan Bitcoin ini juga mencakup ketertarikan institusi finansial dan korporasi terhadap Bitcoin sebagai investasi lindung nilai (hedge) terhadap inflasi.
Kemudian faktor berikutnya menyangkut ketertarikan investor ritel terhadap potensi keuntungan tinggi dan daya tarik keuangan Bitcoin yang terdesentralisasi.
Sebagaimana dikutip dari GizChina, Sabtu (9/3/2024), faktor makroekonomi seperti kekhawatiran inflasi, ketidakpastian geopolitik, dan kebijakan moneter yang longgar dari bank sentral berperan mendorong investor menuju aset alternatif seperti Bitcoin.
Yang perlu diperhatikan, berbagai pihak mengatakan bahwa sulit untuk menghilangkan aspek spekulatif dari aset Bitcoin, misalnya dilihat dari kejatuhannya yang cepat setelah menembus level 70.000 dollar AS.
"Menavigasi harga tertinggi yang lama sangatlah rumit, dan bendungan Bitcoin cenderung tidak meledak saat pertama kali diminta," ujar Antoni Trenchev selaku Co-founder platform pinjaman kripto Nexo.
"Volatilitas akan menentukan pasar bullish Bitcoin, dan tahun 2024 akan dipenuhi penurunan 10 persen hingga 20 persen yang tiba-tiba dan memilukan," pungkas Trenchev.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Harga Bitcoin Pecah Rekor Tertinggi Baru, Tembus Rp 1.089 Miliar", Klik untuk baca: https://tekno.kompas.com/read/2024/03/09/08120717/harga-bitcoin-pecah-rekor-tertinggi-baru-tembus-rp-1089-miliar?page=all#page2.