Selain itu, budaya tabu dalam membincangkan kesuburan dan norma patriaki yang merugikan ibu pekerja jika kembali mencari nafkah setelah melahirkan juga menyuburkan fenomena resesi seks.
Pemerintah Jepang tidak tinggal diam melihat kondisi ini. Mereka menggandakan anggaran untuk menjamin kesejahteraan dan pendidikan anak. Namun, sejauh ini efek kebijakan tersebut belum terasa karena dianggap belum mengatasi akar persoalan lainnya.
2. Korea Selatan
Korea Selatan dilaporkan menjadi salah satu negara dengan angka kelahiran terendah, imbas resesi seks yang terjadi di negara tersebut.
Data menunjukkan, Korea Selatan hanya memiliki tingkat kesuburan wanita (fertility rate) sebesar 0,72 kelahiran pada 2023. Jumlah ini turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,72 kelahiran.
Meski mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, namun negara tersebut masih membutuhkan tingkat kesuburan 2,1 untuk mempertahankan populasi yang stabil, tanpa adanya imigrasi.
Pemerintah Korea Selatan bahkan berencana membentuk kementerian baru untuk mengatasi “darurat nasional” karena tingkat kelahiran yang sangat rendah di negara tersebut, ketika negara tersebut bergulat dengan krisis demografi yang semakin parah.
“Kami akan mengerahkan seluruh kemampuan bangsa untuk mengatasi rendahnya angka kelahiran yang dapat dianggap sebagai darurat nasional,” ujar Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, dikutip dari CNN (9/5/2024).
3. Thailand
Resesi seks tak hanya terjadi di negara-negara Asia Timur, namun terjadi di negara kawasan Asia Tenggara, salah satunya Thailand.