Selama tahun 1900-1914, terjadi peralihan besar-besaran dari kereta kuda menjadi kereta yang memakai mesin. Di sini bensin jadi pemegang peranan penting sebagai bahan bakar mesin mobil.
Perusahaan minyak bumi mulai memproduksi bensin sebagai hasil sulingan sederhana dari minyak bumi, sejalan dengan industri otomotif menciptakan kebutuhan akan bahan bakar baru.
Pahun 1905, kepemilikan mobil bertenaga bensin di AS mulai meningkat pesat, seiring meningkatnya produksi mobil dari merek-merek Olds Motor Works, Cadillac dan Ford pada 1907.
Hal tersebut membuat permintaan bensin ikut melonjak. Produsen minyak bumi makin tertarik untuk menyuling minyak bumi sebagai "roda ekonomi masa depan."
Sejalan dengan perkembangan mesin mobil tuntutan untuk bahan bakar juga meningkat. Produsen mobil ingin bensin yang lebih baik yang sesuai dengan mesin modern.
Pada tahun 1921, insinyur otomotif yang bekerja untuk General Motors (GM) menemukan bahwa timbal tetraetil dapat berpengaruh pada oktan dan mencegah mesin berisik atau knocking.
Meski ada cara lain yaitu dengan menambahkan hidrokarbon aromatik atau alkohol (seperti etanol) timbal merupakan pilihan yang lebih disukai karena biaya produksinya yang lebih rendah.
Inovasi itu membuat bensin bertimbal. Tapi semakin lama dampak timbal pada bensin menjadi salah satu isu lingkungan dan kesehatan.
Maka para insinyur bekerja lagi menghasilkan bensin yang lebih baik non timbal. Saat ini mayoritas negara sudah melarang bensin bertimbal karena dampak pada lingkungan.
Bensin tanpa timbal lebih umum digunakan saat ini karena lebih ramah lingkungan dan mengurangi kerusakan pada komponen mesin seperti katalitik converter.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Bensin, Awalnya Dianggap Tak Berguna karena Kalah dari Minyak Tanah", Klik untuk baca: https://otomotif.kompas.com/read/2024/07/07/094100915/sejarah-bensin-awalnya-dianggap-tak-berguna-karena-kalah-dari-minyak-tanah?page=all#page2.