Selanjutnya, dia menyebut PPnBM yang terpotong menjadi 5 persen mampu menambah permintaan sampai 106.952 unit dan penjualan bisa menembus 1,17 unit.
Sementara PPnBM 0 persen bisa menambah permintaan sampai 160.428 unit dengan penjualan mencapai 1,22 juta unit.
“Dari situ dampaknya ke GDP ada penciptaan lapangan kerja, dan investor kalau lihat pasarnya berkembang tertarik juga,” ucap Riyanto.
“Impact memang tidak sampai dua kali, tapi lebih dari satu setengah kali. Termasuk tenaga kerja. Kalau ada penambahan tenaga kerja otomotif akan menciptakan tenaga kerja dari perekonomian,” ujarnya.
Riyanto juga menambahkan, insentif fiskal ini sangat dibutuhkan untuk mengerek penjualan domestik yang mengalami stagnasi selama 10 tahun. Keadaan di mana penjualan mobil di Indonesia tak bisa melampaui kisaran 1 juta unit.
Stagnasi pasar ini diprediksi dapat menghapus momentum ekspansi industri. Terlebih tren penjualan mobil terbilang menurun pada semester I/2024.
“Dengan pasar yang tak bergerak, investor bakal enggan masuk ataupun mengembangkan model baru, hub produksi terancam,” kata Riyanto.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Wacana Diskon PPnBM Muncul Lagi demi Keluar Jebakan 1 Juta Unit", Klik untuk baca: https://otomotif.kompas.com/read/2024/07/11/070200115/wacana-diskon-ppnbm-muncul-lagi-demi-keluar-jebakan-1-juta-unit.