Kondisi ini semakin memperparah ketidakseimbangan gula darah dan dapat meningkatkan risiko diabetes.
Ritme sirkadian adalah jam biologis tubuh yang mengatur siklus tidur-bangun, serta berbagai fungsi penting lainnya, termasuk metabolisme gula dan produksi insulin.
Begadang secara signifikan mengganggu ritme sirkadian ini, yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh.
Ketika seseorang sering begadang atau tidur tidak teratur, tubuhnya tidak dapat mengatur produksi insulin dengan baik, yang mengakibatkan gangguan dalam mengontrol kadar gula darah.
Dalam kondisi normal, insulin bekerja lebih efisien di malam hari, dan tubuh kita juga lebih sedikit membutuhkan energi dalam bentuk glukosa.
Namun, ketika seseorang terjaga hingga larut malam dan mungkin bahkan makan pada jam-jam yang tidak biasa, tubuh mereka harus bekerja ekstra keras untuk mengatur gula darah, yang berpotensi mengarah pada kondisi metabolisme yang buruk.
Kebiasaan begadang juga erat kaitannya dengan obesitas, yang merupakan salah satu faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2.
Seperti yang sudah disebutkan, begadang dapat mempengaruhi hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang, sehingga seseorang cenderung makan lebih banyak, terutama makanan yang tinggi kalori.
Selain itu, kurang tidur membuat seseorang merasa lebih lelah pada siang hari, yang menyebabkan penurunan aktivitas fisik.
Akibatnya, kalori yang dikonsumsi tidak terbakar, melainkan disimpan sebagai lemak.