Akibatnya, kadar gula darah bisa tetap tinggi, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan resistensi insulin dan akhirnya berkembang menjadi diabetes tipe 2.
Sebuah penelitian yang dilakukan di University of Chicago menemukan bahwa orang yang tidur kurang dari 5 jam per malam selama beberapa hari berturut-turut mengalami penurunan drastis dalam kemampuan tubuh mereka untuk memproses gula darah, serupa dengan orang yang berada dalam fase awal diabetes.
Ketika seseorang begadang, tubuh mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk memulihkan diri secara optimal.
Kurang tidur tidak hanya menyebabkan kelelahan, tetapi juga mengganggu hormon yang mengatur rasa lapar seperti leptin dan ghrelin.
Leptin adalah hormon yang memberi sinyal kepada otak bahwa tubuh sudah cukup makan, sementara ghrelin memberi sinyal bahwa tubuh lapar.
Kurang tidur meningkatkan kadar ghrelin (rasa lapar) dan menurunkan leptin (rasa kenyang), yang menyebabkan peningkatan nafsu makan, terutama terhadap makanan tinggi gula dan karbohidrat.
Kombinasi dari pola makan yang tidak sehat ini, ditambah dengan resistensi insulin yang dipicu oleh kurang tidur, sangat meningkatkan risiko terkena diabetes.
Lebih lanjut, begadang dapat meningkatkan stres.
Ketika seseorang kurang tidur, tubuhnya melepaskan hormon kortisol yang lebih tinggi, yang dikenal sebagai hormon stres.
Kortisol juga berperan dalam meningkatkan kadar gula darah, karena tubuh dalam keadaan stres sering kali mempersiapkan diri untuk 'berjuang atau lari', dan membutuhkan energi cepat dalam bentuk glukosa.