"Peningkatan pendapatan UMKM di sekitar kawasan Borobudur adalah hasil nyata dari komitmen kita untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang inklusif,” tambahnya.
Selain dampak ekonomi, pengembangan Borobudur juga mencakup transformasi museum-museum di kawasan ini menjadi pusat pendidikan dan budaya yang lebih dinamis.
Museum Borobudur kini dirancang untuk memperlihatkan nilai-nilai yang membentuk peradaban Indonesia.
"Museum ini harus dilihat sebagai bagian dari cerita besar bangsa kita. Mereka bukan hanya peninggalan sejarah, tetapi representasi dari kekayaan nilai dan budaya Indonesia yang perlu dipromosikan kepada dunia,” lanjut Erick.
Pemerintah juga terus berupaya untuk meningkatkan aksesibilitas wisatawan internasional dengan membuka rute penerbangan langsung ke Yogyakarta.
Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik Borobudur sebagai destinasi internasional dan mendorong wisatawan mancanegara untuk lebih mudah mengakses situs ini.
“Indonesia memiliki potensi pariwisata yang besar, dan kita harus memastikan bahwa infrastruktur dan aksesibilitas kita siap bersaing dengan negara-negara lain,” tegas Erick.
Dalam aspek keberlanjutan, pengembangan Zona 2 yang mencakup Heritage Park seluas 60,89 hektare menekankan pada pelestarian situs dan ekosistemnya.
Borobudur akan memiliki berbagai klaster seperti Borobudur Spiritual Sanctuary (BSS) dan Taman Flora & Nursery, yang menggabungkan wisata spiritual, edukasi, dan budaya.
Erick mengungkapkan bahwa, pengembangan ini harus selalu sejalan dengan pelestarian lingkungan dan nilai sejarah Borobudur, sesuai dengan rekomendasi UNESCO untuk menjaga Outstanding Universal Value (OUV) situs ini.
Artikel ini telah terbit di https://www.kabarbumn.com/rilis-bumn/115149708/menteri-bumn-kunjungi-borobudur-pastikan-situs-warisan-budaya-dikelola-berbasis-spiritual-budaya-dan-edukasi?page=2