Jadi bukan lagi untuk mengenang kebaikan St Nicholas.
3. Dibawa orang Belanda ke Amerika
Sebagai patron pelindung anak-anak, nama St Nicholas dikenal di Eropa, seperti Belanda dan Rusia.
Selanjutnya imigran Belanda yang pindah ke Amerika Serikat membawa tradisi ini ke negara tersebut.
Seiring waktu, terjadi pergeseran dalam penyebutan St Nicholas menjadi Santa Claus agar lebih sederhana.
Di AS, tidak hanya imigran Belanda yang tahu Santa Claus tapi lebih banyak lagi.
4. Berbaju warna merah
Sosok kakek berperut buncit, janggut putih dan berbaju merah sangat melekat pada Santa Claus.
Ini berbeda jauh dengan sosok St Nicholas yang tinggi, kurus, berjanggut putih dengan jubah uskup.
Pengambaran itu diawali pengarang Washington Irving dari Amerika Serikat tahun 1809.
Ia membuat personifikasi Santa Claus untuk bukunya Knickerbocker.
Di akhir abad 18, berbagai ilustrasi digunakan untuk mendapatkan gambaran yang cocok.
Santa Claus pernah mengenakan baju mulai dari warna hijau, ungu, biru, dan cokelat.
Hingga akhirnya diputuskan busananya berwarna merah.
5. Berubah jadi kakek berperut buncit
Santa Claus kembali mengalami perubahan menjadi sosok yang dikenal sepanjang masa di tahun 1931.
Pada saat itu Coca Cola membuat kampanye untuk Natal. Ilustratornya Haddon Sundblom.
Ia menggambarkan Santa Claus sebagai kakek berperut buncit, berjanggut putih, dan berbaju merah.
Nah, kampanye ini berhasil dan secara tidak langsung mengesahkan sosok Santa Claus seperti yang dikenal saat ini.
Artikel ini telah terbit di https://www.kabarbumn.com/ragam/115455489/fakta-seputar-santa-claus-awalnya-tidak-berbaju-merah-dan-perutnya-buncit?page=3