SonoraBangka.id - Masyarakat Indonesia berharap agar pandemi virus corona segera berakhir. Namun Makin hari bukannya makin melegakan, berbagai komen dan tanggapan yang saya ikuti belakangan ini justru kian bikin ngeri. Hidup bisa berubah secepat wabah memporakporandakan segala sesuatunya.
Selama setengah tahun semua pokok pemberitaan bertahan dengan satu isu yang sama – bahkan hampir setiap malam siaran radio yang menampung tanggapan pendengar meracik topik itu-itu lagi; membuat saya ‘mblenger’ tapi mau tak mau masih tergoda untuk mengikuti terus.
Bagi saya, interaksi pendengar di radio bisa menjadi gambaran situasi riil yang tengah terjadi di masyarakat.
Saat ekonomi ingin dipulihkan, dan rakyat meronta ingin berada dalam situasi hidup ‘seperti dulu lagi’ hingga terjadi mispersepsi istilah ‘new normal’, lonjakan penularan Covid 19 kian menggila.
Pada lembaran yang baru, semua kebiasaan berulang kembali: ketidakjujuran, kemalasan, hingga menggantungkan harapan pada kekasih baru yang dikira bisa menjadi sumber mata air kebahagiaan dan keberuntungan.
Dikira mereka new normal adalah ‘hidup baru’ seperti pasca prahara perceraian lalu menikah lagi – sesuai ucapan klasik: Selamat menempuh hidup baru.