Tapi sudah saatnya di masa depan nanti, kita lebih banyak membuat perangkat elektronik tanpa sentuhan, meningkatkan kapasitas elektronik dan robotik untuk berbagai jenis mekanisme kerja, sekaligus membedakan pekerjaan yang mana keberadaan manusia tak tergantikan.
Apa yang kita bayangkan, jika selama pandemi justru terjadi pertambahan jumlah penduduk, semakin tingginya risiko stunting dan malnutrisi akibat pola hidup kian amburadul, naiknya prosentase usia produktif sementara kualitas intelektualnya jauh dari kata konstruktif ?
Ekonomi akan semakin kacau dengan semakin banyaknya orang butuh hidup dan makan, sementara di antara mereka terjadi etos kerja ‘saling cakar’ untuk bisa bertahan. Dalam situasi kisruh begini, jangan mengharapkan etika profesi bisa berjalan, dan kondisi pulih akan semakin jauh dari harapan.
Pulih itu ibarat perjuangan keluar dari maut dengan cara-cara yang sahih, bisa dipertanggungjawabkan di hari depan. Pulih dari pandemi itu bukan hal yang otomatis. Bukan karena Tuhan kasihan lalu penyakitnya dijauhkan.
Bukan menyelesaikan masalah dengan menciptakan masalah baru. Karena Tuhan menciptakan manusia dengan otak dan akhlak.
Semoga pandemi covid-19 segera cepat berlalu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pulih dari Pandemi: Saatnya Berubah atau Punah",