Tanpa memahami perjalanan alamiah suatu penyakit menular, mulai dari cara virusnya memperbanyak diri hingga berpindah tempat dan menginfeksi korbannya, mustahil wabah bisa dikendalikan. Tekanan penyakit menular berbulan-bulan, dengan berbagai ekses dalam keseharian hidup manusia membuat begitu banyak orang frustrasi.
Apalagi yang merasa sudah cukup melakukan semua yang terbaik, sementara sebagian orang lain masih berbuat seenaknya. Akibatnya berbagai macam teori konspirasi bermunculan. Sambil menghubung-hubungkan fakta yang seakan menambah pembenaran.
Apa yang saya rasakan dengan istilah ‘mblenger’ bisa jadi sudah diamini banyak orang. Muak, eneg, melebihi kelelahan dan kejenuhan bekerja di depan layar komputer, berpindah peran dari satu webinar ke webinar lain, belajar ini itu yang katanya membantu menghadapi situasi baru, sementara faktanya sebagian besar rakyat Indonesia tidak mampu dan tak mau berubah.
Lebih tepatnya: memaksakan kebiasaan lama untuk bisa berjalan lagi di situasi yang tidak biasa. Menghindari kontak fisik atau tepatnya membatasi pertemuan, dianggap ‘kurang sreg’. Padahal di era yang baru, efisiensi adalah kata kunci. Justru kemampuan visual dan auditori akan semakin dituntut berkembang dengan interaksi virtual.