Ilustrasi anak sedang di timbang
Ilustrasi anak sedang di timbang ( Dok. Shutterstock )

Ayo.. Rutin Ukur Berat Dan Tinggi Badan Anak, Supaya Tumbuh Dengan Baik

28 Agustus 2020 14:04 WIB

SonoraBangka.id - Periode kritis pertumbuhan setiap anak terjadi pada masa lima tahun pertama.

Khususnya untuk para orangtua perlu mengenali apakah pertumbuhan anak sudah sesuai atau tidak dengan mengukur berat dan tinggi badan anak.

Karena Gangguan tumbuh kembang yang terjadi di masa ini bisa berdampak permanen.
Pertumbuhan anak yang ditandai dengan penambahan ukuran fisiknya merupakan indikator untuk status nutrisinya.

Seperti yang disampaikan oleh Dokter spesialis anak Conny Tanjung.

Dalam acara webinar yang diadakan oleh Abbott (27/8) lalu, Conny mengatakan bahwa masalah gizi terbesar yang dihadapi dunia saat ini menurut WHO adalah stunting.

Hal ini tentu tidak terjadi secara tiba-tiba, selalu diawali dengan hambatan pertumbuhan yang disebabkan oleh kualitas makanan kurang baik.

Ia mengatakan, stunting alias kurang gizi kronik akan menyebabkan tinggi badan anak tidak optimal dan perkembangan otaknya terhambat.

Karena itulah orangtua harus pantau secara rutin sehingga bisa dideteksi jika ada gangguan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan anak.

Direktur Urusan Medis Abbott untuk Asia Pasifik Dr. Jose Dimaano, mengatakan bahwa pertumbuhan yang lambat bukan hanya masalah fisik, tetapi juga berdampak pada pembelajaran dan perkembangan di masa anak-anak.

Ilustrasi mengukur tinggi anak

“Setelah dimonitor tinggi, berat, dan lingkar kepalanya, hasilnya ditaruh di kurva pertumbuhan untuk mendeteksi. Kalau postur anak termasuk pendek apakah memang karena genetik dan masih bisa dikejar, atau disebabkan stunting,” papar dokter dari RS Pantai Indah Kapuk Jakarta ini.

Jika orangtua tidak memperbaiki di tahun-tahun awal kehidupan, maka sebagian besar konsekuensi tersebut tidak dapat diubah.

“Berbeda dengan persepsi umum, kontribusi genetika pada pertumbuhan tinggi badan sejak bayi hingga anak usia dini relatif kecil, sebaliknya nutrisi bersama dengan faktor lingkungan seperti kebersihan dan olah raga adalah kuncinya,” katanya.

Standar pengukuran

Pengukuran berat dan tinggi badan balita idealnya dilakukan 8 kali dalam 12 bulan.

Namun sekitar 40 persen tidak dipantau sesuai standar, bahkan ada yang tidak pernah ditimbang.

Jadi, tidak semua anak bisa dipantau dengan rutin.

Apalagi di masa pandemi ini, banyak orangtua yang takut membawa balitanya ke dokter untuk melakukan kontrol rutin.

Hal itu juga dirasakan oleh influencer Tantri Namirah, ibu dari anak berusia dua tahun.

“Karena saya takut ke rumah sakit, jadi tidak mengecek pertumbuhan anakku. Di rumah memang ada timbangan, tapi tidak bisa mengukur tinggi badannya,” kata Tantri.
Untuk mengukur pertumbuhan anak diperlukan ketepatan, demikian dikatakan Conny.

Selain itu, dibutuhkan juga alat-alat yang terkalibrasi dengan teknik pengukuran yang benar.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ukur Berat dan Tinggi Badan Anak Secara Rutin", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/08/28/082412620/ukur-berat-dan-tinggi-badan-anak-secara-rutin.

SumberKOMPAS.com
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm