SonoraBangka.id - Media sosial menjadi tempat di mana orang-orang menilai setiap unggahan kita, baik itu status, kiriman link berita, video, atau foto yang memperlihatkan penampilan kita.
Seiring meningkatnya penggunaan media sosial, apalagi di masa pandemi, kita pun lebih sering berinteraksi dengan orang lain yang tidak kita kenal sebelumnya.
Media sosial menjadi tempat orang untuk berinteraksi, saling menyapa bahkan saling berbalas komentar.
Komentar yang datang dari warganet terkait foto penampilan kita bisa bermacam-macam, mulai dari pujian hingga komentar yang dapat membuat kita merasa putus asa terhadap penampilan atau bentuk tubuh kita ( body shaming).
Body shaming di internet bisa berupa komentar sarkastik dan sinis atau komentar yang mengolok-olok bentuk tubuh kita secara gamblang.
Seorang Psikiater dan Seksolog di Hiranandani Hospital, India, dr.Kedar berpendapat bahwa platform media sosial bisa menjadi tempat yang mengerikan karena banyak orang tidak memberikan identitas aslinya.
Ketika seseorang dihadapkan pada body shaming, hal itu dapat menurunkan harga diri mereka dan menyebabkan krisis kepercayaan diri bagi sang korban.
Body shaming yang dialami seseorang bisa memicu penyakit kejiwaan seperti depresi, gangguan panik, gangguan kecemasan sosial, hingga gangguan dismorfik tubuh (obsesi berlebihan terhadap bagian tubuh yang dianggap memiliki kekurangan).
Mereka bisa mengeluarkan komentar pedas, picik dan jahat.
Bahkan, terkadang komentar dari warganet tidak relevan dengan unggahan atau topik yang dibahas.
Body shaming di dunia maya biasanya kerap di alami oleh para remaja, khususnya perempuan.
Nah, adakah cara untuk mencegah body shaming di dunia maya?
1. Personal coping
Seperti apa pun citra tubuh (body image) kita, itu adalah urusan kita.
Kita juga perlu menyadari perbedaan antara dunia maya dan dunia nyata., dan itu harus dijadikan kesadaran.
Dekatkan diri kepada keluarga atau teman, dan cobalah mengutarakan apa yang mengganggu kita.
Gunakan teknik relaksasi yang biasa kita lakukan, jika kita sulit membicarakannya dengan orang lain.
Ini bisa membantu kita menghadapi body shaming dengan lebih mudah.
2. Manfaatkan kebijakan dan sistem di media sosial terkait
Sebagian besar media sosial memiliki kebijakan terkait konten dan sistem untuk melaporkan ujaran kebencian.
Kesadaran media sosial adalah sesuatu yang perlu kita ketahui, mencakup kesadaran tentang protokol, tipe warganet, dan etika menggunakan media sosial.
Untuk melaporkan warganet yang melakukan tindakan body shaming, kita harus memanfaatkan kebijakan dan sistem yang berlaku di media sosial.
3. Minta bantuan kepada ahli
Biasanya orang yang tidak bisa bertahan menghadapi body shaming adalah orang dengan kecemasan tinggi, pikiran negatif yang konsisten, depresi, dan toleransi stres yang rendah.
Cognitive-Behavioral Therapy (CBT), Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), konseling atau pengobatan yang sesuai dapat membantu kita untuk melawan body shaming.
Jadi, harus yakin untuk melakukan bimbingan dengan psikiater atau ahli kesehatan mental.
4. Melawan balik
Jika kita melihat seseorang menjadi korban body shaming, kita bisa melawan pelaku dengan mengungkap identitasnya.
Karena , platform media sosial pada dasarnya adalah komunitas atau jaringan.
Jadi, dengan melakukan hal itu maka akan membuat korban merasa mendapat dukungan dan jaminan yang ia butuhkan.
5. Menanamkan kesadaran
Body shaming terjadi di semua kelompok usia, tetapi biasanya dimulai sejak masa remaja.
Melalui program kesadaran atau diskusi terbuka, atau berikan contoh yang membuat anak-anak menyadari bahaya body shaming, adalah salah satu cara orangtua untuk menanamkan kesadaran mengenai body shaming itu sendiri kepada anak-anak.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mencegah Body Shaming di Dunia Maya", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/09/04/135440620/mencegah-body-shaming-di-dunia-maya?page=3.