SonoraBangka.id - Akibat dari pandemi Covid-19 saat ini, sekitar 1,4 miliar anak di seluruh dunia saat ini hanya bisa melakukan berbagai aktivitas di rumah saja.
Tidak terkecuali di berbagai negara di dunia, sudah beberapa bulan sejak anak-anak terakhir bermain bersama teman-temannya.
Data awal yang dikumpulkan sebagai bagian dari sebuah penelitian yang sedang berlangsung menunjukkan, bahwa 63 persen orangtua di Inggris mengakui anak mereka (usia lima hingga 11 tahun) merasa kesepian dalam beberapa minggu pertama masa karantina.
Helen Dodd, Profesor Psikologi Anak University of Reading mengatakan, hal tersebut mengalami peningkatan sekitar 40 hingga 50 persen dibandingkan dengan kondisi normal.
Masa karantina membuat kesehatan mental anak-anak dalam bahaya.
Menurutnya, ketika nanti karantina dilonggarkan, anak-anak harus diizinkan bermain dengan teman-teman mereka sesegera mungkin.
Sementara itu, anak-anak bisa memanfaatkan teknologi yang menyediakan beberapa cara untuk terhubung dengan teman sebayanya.
Nah, berikut ini lima alasan, mengapa anak-anak harus segera bermain dengan teman-teman sebayanya:
1. Hubungan yang setara
Untuk kesejahteraan sosial dan emosional, anak-anak perlu memiliki kesempatan untuk semua jenis permainan, termasuk bermain dengan anak-anak lain.
Permainan dengan teman sebaya ini sangat penting bagi anak-anak dari segala usia.
Hubungan sebaya itu unik karena sifatnya sukarela, setara, dan membutuhkan negosiasi dan kompromi.
Bermain dengan teman sebaya memungkinkan anak-anak belajar mengatur emosi mereka, mengembangkan keterampilan sosial dan membentuk identitas.
Tanpa kesempatan untuk bermain dekat dengan teman-teman mereka, anak-anak dapat merasa kesepian dan terisolasi secara sosial.
Anak-anak yang mengalami situasi sulit di lingkungan sosial dan sekolah, memang akan merasa lebih aman berada di rumah bersama orangtua mereka, karena tak perlu menghadapi situasi yang menantang.
Namun, paparan situasi yang ditakuti sebenarnya adalah komponen penting untuk mengatasi kecemasan dan ketakutan.
Periode yang diperpanjang ini, tanpa paparan apa pun dapat menyebabkan ketakutan yang meningkat pada anak-anak dan membuat masa transisi dari karantina menjadi lebih menantang.
2. Kesejahteraan emosional
Tantangan-tantangan terhadap kesehatan mental anak-anak ini didukung oleh studi Co-Space, yang berfokus pada bagaimana keluarga menghadapi masa karantina.
Lebih dari 50 persen orangtua khawatir tentang kesejahteraan emosional anak mereka dan lebih dari 40 persen merasa mereka akan mendapat manfaat dari dukungan untuk mengelola emosi anak mereka.
Angka ini bahkan lebih tinggi untuk orangtua dari anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus.
Sehubungan dengan keprihatinan ini, sebagai anggota kelompok ahli kesehatan mental, kami baru-baru ini menulis surat menyerukan kesejahteraan sosial dan emosional anak-anak untuk diprioritaskan dalam semua keputusan yang berkaitan dengan pelonggaran karantina dan pembukaan kembali sekolah.
Dalam surat terbuka kami, kami juga meminta agar sekolah fokus pada mendorong permainan dan mendukung kesejahteraan sosial dan emosional anak-anak selama masa transisi.
Bila perlu, rencana individu untuk mengalihkan anak-anak ke sekolah harus dikembangkan dalam kemitraan dengan keluarga.
Sangat mungkin bahwa orangtua dan anak-anak memiliki beberapa kecemasan tentang seberapa aman bagi anak-anak untuk berinteraksi satu sama lain.
Kami juga merekomendasikan bahwa pesan kesehatan masyarakat kepada keluarga dan staf pendidikan memberikan informasi yang jelas tentang manfaat sosial dan emosional dari permainan, terutama permainan di luar ruangan, dan panduan yang jelas tentang risiko apa pun terhadap kesehatan fisik anak-anak.
Sebelum masa karantina dibuka, orangtua dapat membantu anak-anak mereka menjaga kontak sosial yang menyenangkan dengan teman-teman mereka melalui teknologi.
Ini tidak memberikan semua manfaat dari interaksi sosial tatap muka, tetapi untuk sementara, ini dapat membantu anak-anak tetap terhubung secara sosial.
Idealnya, itu harus dikombinasikan dengan waktu di luar rumah yang aktif secara fisik dan selama diizinkan, bermain aktif di luar rumah yang memiliki manfaat besar bagi kesehatan mental dan fisik anak-anak.
3. Waktu menatap layar
Orangtua sering khawatir tentang efek gadget pada anak-anak.
Tetapi sebenarnya, tidak ada bukti yang mendukung gagasan bahwa gadget berbahaya.
Sebaliknya, yang penting adalah apa yang dilakukan anak-anak saat mereka menatap layar.
Jika mereka menggunakan gadget untuk terlibat dan bermain dengan teman-temannya, saat ini manfaatnya cenderung lebih besar daripada risiko apa pun.
Anak-anak yang berusia lebih besar dapat menikmati panggilan video dan mengobrol dengan teman-teman, sementara anak-anak lain mungkin lebih suka bermain game online dengan teman-teman.
Jika memungkinkan, mempertahankan beberapa struktur kelompok teman sebaya mereka melalui panggilan kelompok atau permainan, cenderung membantu mereka mempertahankan rasa identitas mereka sebagai bagian dari kelompok.
Untuk anak-anak yang lebih kecil, menggunakan teknologi untuk mempertahankan kontak dengan teman akan lebih menantang.
Jadi, media sosial juga dapat membantu menjaga persahabatan dan memberikan perasaan terhubung.
Akan lebih penting untuk mendukung kesejahteraan sosial dan emosional anak, jika mereka diberi kesempatan bermain bebas di rumah serta bermain dengan orangtua dan saudara kandungnya.
Walaupun ini bisa terasa seperti tekanan tambahan pada orangtua, karena di samping homeschooling dan bekerja, namun percayalah ada alasan bagus untuk memprioritaskan bermain bersama anak.
Namun yang lebih penting, begitu mereka diizinkan beraktivitas di luar rumah, anak-anak dan remaja didorong kembali ke luar dan kembali ke interaksi tatap muka dengan teman-temannya untuk mendukung kesehatan mental dan fisik mereka.
Sementara itu, jalur kehidupan bagi anak-anak dan remaja saat ini adalah tekhnologi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Demi Kesehatan Mental, Anak Perlu Bermain Bersama Teman-temannya", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/06/16/205644220/demi-kesehatan-mental-anak-perlu-bermain-bersama-teman-temannya?page=2.