Sebelum membuat jurnal, ketahuilah bahwa tidak ada cara yang benar-benar tepat untuk melakukannya.
Sarkis mengatakan, proses pembuatan jurnal membantu orang menyadari bahwa sesuatu yang "cukup baik" adalah hal yang lebih dari cukup.
Bahkan, bagi orang-orang yang menderita disleksia, keterbatasan fisik, atau tidak suka menulis, membuat jurnal menggunakan aplikasi di ponsel juga bisa membantu mengungkapkan isi pikirannya.
Dengan cara itu, kata Sarkis, sama efektifnya dengan menulis.
Nah, inti dari menulis jurnal adalah bagaimana kita melihat apa yang terjadi di masa lalu.
Menurut Sarkis, itu sama dengan kita membaca cerita orang lain.
"Saat kita membaca buku tentang orang lain, kita lebih mampu membuat penilaian tentang apa yang seharusnya tidak mereka lakukan," katanya.
Bullet journal berfungsi sebagai buku harian, perencana dan alat kesadaran.
Nah, salah satu yang sedang menjadi tren saat ini adalah bullet journal, yaitu penulisan jurnal dengan menata pemikiran dan jadwal yang kita punya serta merefleksikannya sekaligus.
Ryder Carroll, direktur seni dan penemu bullet journal, mendeksripsikannya sebagai praktik kesadaran yang disamarkan sebagai sistem produktivitas.
"Saya menyediakan cara agar orang dapat cepat membagi pikiran mereka ke dalam tiga kategori berbeda.
Hal yang harus Anda lakukan, hal yang tidak ingin Anda lupakan, dan hal yang Anda alami," tutur Carroll.