Cobalah untuk memahami anak itu dan menerima apa yang mereka rasakan,” kata Thomas Ollendick, Ph.D., seorang psikolog dan direktur Child Study Center di Virginia Tech seperti dikutip dari New York Times Parenting.
Ini dilakukan untuk membantu anak menjadi tenang, karena seringkali mereka merasa benar-benar ketakutan.
Pahami benar ketakutan yang mereka rasakan. Misalnya dengan bagaimana anak sangat ketakutan dengan anjing.
Bisa saja mereka berpikir bahwa anjing bisa menggigit dan membuat dia kehilangan anggota tubuhnya.
Kamu bisa bersimpati sambil memperbaiki kesalahpahaman mereka dengan nada lembut.
“Oh, kalau kamu berpikir seekor anjing bisa menggigit kakimu, tidak heran kamu merasa takut,” saran Tamar Chansky, Ph.D., seorang psikolog klinis.
Kamu harus pastikan lebih spesifik tentang ketakutan seperti apa yang dialami si kecil.
Misalnya takut gelap, gelap malam atau hanya gelap mati lampu, takut pada lebah hanya pada lebah asli atau gambar lebah juga.
Penting untuk mengetahui sumber ketakutan mereka sehingga dapat melanjutkan ke langkah berikutnya.
3.Beri penjelasan dan jangan menghindari
Orangtua sering berhasil sampai ke tahap ini, tetapi kemudian tersandung, mereka mulai mengakomodasi ketakutan anak mereka.
Biasanya orangtua cenderung menghindari hal-hal yang ditakuti oleh anaknya. Tetapi ternyata, hal ini hanya akan memperburuk keadaan.
“Ketika ada keluarga dengan anak dengan fobia, mereka kadang-kadang datang dan berkata, 'Untungnya, kami tidak bertemu anjing minggu ini,' dan saya berkata, 'Untungnya?