Pelajarilah hal-hal yang akan membantunya menghadapi ketakutan (bukan menghindarinya)," kata Dr. Chansky.
Ini tidak berarti bahwa orangtua harus memaksa anak ke dalam situasi yang menakutkan - atau lebih buruk, mengancam jiwa.
Misalnya, orangtua yang tiba-tiba melemparkan anaknya yang takut air ke kolam untuk "mengajarkan" kepadanya cara berenang.
Lalu dia takut dan tidak percaya lagi pada orangtuanya, dan itu tidak baik untuk siapa pun.
Yang harus dilakukan sebagai gantinya adalah bertukar pikiran ntuk secara bertahap mengekspos anak pada hal yang ia takuti.
Seperti dengan berpura-pura memiliki ketakutan yang sama, lalu setiap hari membicarakan ketakutan itu.
Mencari tahu bersama tentang hal yang ia takutkan, misalnya takut pada lebah, mencari foto-foto dan video tentang lebih di internet dan kembali membicarakannya.
Tujuannya adalah untuk mengekspos dia ke pemandangan dan memikirkan lebah dan tawon dengan cara yang tidak membuatnya takut, sehingga dia bisa mengganti respons rasa takutnya dengan yang lebih tenang, lebih rasional.
Ketika anak sudah lebih nyaman, perlahan-lahan tingkatkan eksposurnya, dan pujilah dia.
"Katakan, 'Astaga, kau berhasil, itu hebat, lihat dirimu!'" Kata Dr. Ollendick.
4. Cari bantuan
Terkadang, kamu mungkin tidak dapat meredakan ketakutan si kecil sendirian, dan kamu perlu mencari bantuan dari terapis yang berspesialisasi dalam kecemasan anak.
Ollendick mengatakan, fobia anak sering ada di kepala anak (setidaknya sekali sehari), sangat bisa menyebabkan anak menjadi benar-benar di luar kendali atau bertahan lama (ketakutan mereka tetap akut selama berjam-jam), maka bantuan profesional mungkin bisa menjadi pilihan.