SonoraBangka.id - Setiap orang, tidak semua mengalami gangguan tidur yang sama.
Nah, jika rutinitas pagi kita sebagian besar adalah mencoba membuka mata dan tidak pernah merasa cukup istirahat, maka kita mungkin mengalami gangguan tidur.
Kamu mungkin memerlukan studi tentang tidur, untuk menentukan mana yang kamu alami.
Studi tidur adalah alat diagnostik yang membantu orang dan dokter menentukan penyebab apa yang membuat orang-orang tidak bisa tidur nyenyak.
Psikolog tidur, Katherine Hall mengatakan, studi tidur atau polisomnografi merupakan pemeriksaan tidur mendetail yang memungkinkan dokter menguji dan mendiagnosis gangguan tidur secara akurat.
Pada dasarnya, dokter mengamati kita saat tidur untuk mencari tahu mengapa kita tidak bisa mendapatkan istirahat malam yang nyenyak.
Biasanya, peserta studi tidur diminta menghabiskan malam di klinik tidur di mana mereka terhubung ke berbagai mesin yang mengukur parameter tertentu.
Seorang dokter penyakit dalam yang berbasis di Baltimore, Vivek Cherian, MD mengungkapkan, parameter tersebut antara lain detak jantung, kadar oksigen, gelombang otak, gerakan mata, pola pernapasan, dan fisik.
Menurut Sound Sleep Health, dokter menggunakan empat jenis sensor berbeda selama tes tidur.
Ada elektrokardiogram (EKG) untuk memonitor detak jantung, elektro-ensefalogram (EEG) memonitor aktivitas otak, elektrookulografi (EOG) memonitor pergerakan mata dan elektromiografi (EMG) memonitor pergerakan otot.
Secara total, peserta studi tidur dipasangi sekitar 20 sensor berbeda yang terpasang ke tubuh mereka (kebanyakan di sekitar kepala dan mata) selama penelitian.
Pengukuran yang diperoleh dari semua sensor ini memberikan informasi yang sangat berguna dan mendetail kepada dokter tentang gejala pasien.
Secara alami, ini mengarah pada diagnosis yang lebih akurat.
Hall, yang berspesialisasi dalam Cognitive Behavioral Therapy for Insomnia (CBT-I) di Somnus Therapy melibatkan pekerja shift untuk berpartisipasi dalam studi tidur pada siang hari guna menjelaskan efek kerja malam pada pola tidurnya.
Beberapa tes juga bisa dilakukan di rumah seperti tes apnea tidur.
Ini membutuhkan lebih banyak usaha dari pihak peserta karena kita harus menerapkan sensor ke tubuh sendiri dan memastikan untuk menggunakan peralatan dengan tepat.
Syarat mengikuti studi tidur
Jika kita pergi ke dokter dengan gejala tertentu dan perlu melakukan pemeriksaan tidur untuk mencari tahu apa yang salah, itulah tanda kita bisa mengikuti studi tidur.
Dokter Cherian mengatakan, apabila dokter yakin kita menderita gangguan tidur tertentu seperti insomnia atau apnea tidur, kita akan dirujuk untuk berpartisipasi dalam studi tidur.
Hal ini dapat membantu menyingkirkan penyakit tertentu dan memperjelas apa yang sebenarnya terjadi pada subjek.
"Sebenarnya tidak ada batasan seberapa sering kita dapat berpartisipasi dalam studi tidur, maka dia sedang mencari diagnosis tertentu," terangnya.
Di sisi lain, beberapa organisasi membutuhkan orang-orang yang siap membantu memajukan bidang ilmu tentang tidur.
Dalam hal ini, menurut Hall, setiap studi biasanya akan menetapkan kriteria sendiri untuk peserta seperti apa yang dicari.
Baik itu orang yang tidur nyenyak, pekerja shift, atau yang menderita gangguan tidur.
Tanda-tanda gangguan tidur
Jika kita merasa perlu studi tentang tidur, mulailah dengan mendiskusikan kekhawatiran ini dengan dokter.
Nah, untuk mengetahui lebih lanjut, berikut ini enam tanda gangguan tidur yang membutuhkan penangangan agar kualitas hidup tidak menurun.
1. Kesulitan untuk tidur
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tertidur alias sulit tidur. Jika tidak ada faktor lain —stres, kecemasan umum, kasur yang buruk— yang membuat kita tidak bisa tidur, bisa jadi itu adalah insomnia.
Gejala insomnia ini biasanya terjadi terus-menerus atau tidak hanya sesekali.
Apabila kita sering mengalaminya, maka kita membutuhkan studi tidur.
2. Tidak bisa tetap tidur
Seperti yang sudah kita ketahui mengenai insomnia, salah satu gejalanya adalah ketidakmampuan untuk bisa tetap tidur dengan nyenyak.
Jika kita bisa tertidur tetapi kemudian di tengah-tengah terbangun dalam waktu yang lama di malam hari, itu menjadi tanda kita mengalami gangguan tidur.
3. Sering terbangun di malam hari
Sering terbangun sepanjang malam bisa menjadi tanda gangguan tidur.
Hall mencatat bahwa parasomnia adalah gangguan tidur yang melibatkan pengalaman yang tidak diinginkan saat kita tertidur atau saat bangun.
Gerakan atau perilaku yang tidak normal di malam hari atau saat kita tertidur dapat membuat kita terbangun tanpa memahami alasannya.
4. Bangun dengan terengah-engah
Bangun tidur dengan terengah-engah dapat mengindikasikan kita menderita gangguan pernapasan terkait tidur (SRBD) atau apnea tidur obstruktif (OSA).
Pada penderita OSA, otot tenggorokan berkontraksi dan rileks berulang kali, sehingga menyebabkan pernapasan mulai dan berhenti.
Gerakan terus menerus ini bisa membangunkan kita sepanjang malam.
Menurut Dokter Cherian, pria berusia di atas 50 tahun dengan lingkar leher lebih dari 40 cm kemungkinan besar dapat mengembangkan gangguan OSA pada tidurnya.
5. Selalu lelah sepanjang hari
Tidak peduli jam berapa kita bangun di pagi hari, kelelahan terus-menerus adalah pertanda bahwa ada hal lain yang sedang terjadi.
Mungkin saja kita sedang menderita gangguan ritme sirkadian. Jika jam internal kita tidak sinkron dengan bagian tubuh yang lain, tidur tidak akan datang dengan mudah.
Ini biasanya dialami orang-orang yang kerap berperigian dengan zona waktu yang berbeda.
6. Kelelahan menurunkan kualitas hidup
Ketika kita sangat lelah sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan atau menikmati waktu tidur, inilah saatnya untuk berkonsultasi kepada dokter tentang studi tidur.
Apalagi jika kita melihat peningkatan tekanan darah dan permulaan masalah kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "6 Tanda Gangguan Tidur, Apakah Kamu Mengalaminya?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/03/17/101616420/6-tanda-gangguan-tidur-apakah-kamu-mengalaminya?page=all.