Secara umum, kepuasan perkawinan menurun seiring dengan peningkatan perbedaan usia.
Penelitian ini menyatakan pasangan dengan jarak usia terlalu jauh kurang tahan terhadap guncangan negatif dalam hubungan, termasuk kesulitan ekonomi dan penyakit.
Ada faktor lain yang juga berpengaruh misalnya siklus kehidupan termasuk masa pensiun dan anak-anak.
Namun harus diketahui, rata-rata pria dan wanita menunjukkan tingkat kepuasan perkawinan yang lebih tinggi saat menikah dengan pasangan yang lebih muda daripada mereka yang memiliki pasangan yang lebih tua.
Hal tersebut terlepas dari perbedaan usia yang mereka alami.
Namun, kepuasan awal yang lebih tinggi itu tampaknya menghilang setelah enam hingga 10 tahun menikah.
Penelitian yang dilakukan pada 3.374 pasangan ini bisa secara umum menunjukkan fenomena yang ada di masyarakat saat ini.
Meski demikian, bukan berarti jarak usia adalah kunci untuk pernikahan yang langgeng dan bahagia.
Ada berbagai aspek lain yang harus ikut dipertimbangkan seperti minat, gaya hidup, dan tujuan jangka panjang antara pasangan.
Dikutip dari laman Bride, Jenna Birch, penulis buku bertemakan relationship di Amerika Serikat mengatakan perbedaan usia bukan faktor utama untuk menentukan kualitas hubungan.
Apalagi kedewasaan itu relatif dan tidak bisa diukur hanya dengan usia.
"Kunci untuk pernikahan yang bahagia adalah memiliki kesamaan yang menjadi pengikat, perbedaan untuk dipelajari satu sama lain dan pandangan yang sama soal kemitraan," ujarnya.
Hanya saja, ia mengakui kadang jarak usia yang jauh memberikan beberapa perbedaan tentang nilai dan prinsip tertentu.
Karena itu, ada baiknya meyakinkan diri sebelum memutuskan menikah dengan pasangan yang berjarak usia cukup jauh.