Ilustrasi
Ilustrasi ( PIXABAY )

Penting Diketahui, Berikut Ini 10 Tanda Kita Belum Siap Menikah !

2 Juni 2021 15:38 WIB

SonoraBangka.idPernikahan adalah sebuah ikatan yang disepakati oleh dua insan manusia untuk hidup bersama dan saling menyayangi dalam setiap jalan hidup yang dilewati.

Pernikahan butuh persiapan yang matang. Namun, sering kali orang terburu-buru menikah tanpa memertimbangkan hal itu.

Apakah kita sudah cukup mengenal calon pasangan kita? Apakah kita bisa menyelesaikan pertengkaran dengan baik? Atau, tidak bertengkar sama sekali?

Itu adalah contoh beberapa pertanyaan yang perlu kita jawab sebelum memutuskan untuk menikah.

Sebab, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membantu kita menemukan jawaban apakah sudah siap menikah atau belum.

Tapi, ada beberapa tanda lain yang juga bisa kita perhatikan.

Melansir Marriage, berikut 10 tanda kita belum siap menikah yang perlu diperhatikan:

1. Baru sebentar mengenal calon pasangan

Misalnya, kita baru mengenal pasangan beberapa bulan, tetapi setiap momen bersama rasanya begitu menyenangkan. Rasanya sulit sekali untuk melupakan si dia.

Kita dan calon pasangan tidak mau dipisahkan. Ketika tidak bersama, kita tak berhenti saling berkirim pesan.

Namun, itu bukan berarti cinta.

Biasanya, di tahun pertama bersama kita berada dalam tahap "tergila-gila" dalam hubungan.

Ya, memang ini tidak berarti kita tidak bakal menikahi pasangan kita itu suatu hari. Namun, hal pentingnya adalah kita perlu waktu untuk lebih mengenal seseorang sebelum berkomitmen lewat pernikahan.

Membuat keputusan penting dalam hidup dengan "kacamata merah jambu" atau ketika sedang tergila-gila dengan pasangan, bisa menjadi sebuah masalah.

Berilah diri kita waktu untuk mengenal pasangan lebih jauh sebelum akhirnya memutuskan menikah setelah betul-betul yakin.

2. Tidak nyaman berbagi rahasia "gelap"

Pernikahan yang sehat dan penuh cinta dibangun oleh dua orang yang saling mengetahui rahasia satu sama lain, tetapi masih saling mencintai.

Jika salah satu dari kita dan pasangan atau keduanya masih merahasiakan sesuatu yang signifikan, seperti pernikahan sebelumnya, jejak finansial yang buruk, pernah melakukan kekerasan terhadap pasangan, dan lainnya, maka artinya kita belum siap menikah dengan orang tersebut.

Jika kita takut pasangan bakal menghakimi kita, maka kita perlu berusaha mengetahui dari mana ketakutan itu berasal.

Ketika sudah menikah, kita tentu ingin menjadi diri kita yang asli dan tetap dicintai, begitu juga pasangan.

3. Tidak menyelesaikan pertengkaran dengan baik

Jika selama ini pola penyelesaian konflik kita dan dan pasangan adalah satu orang mengalah untuk yang lain demi menjaga perdamaian, artinya kita belum siap untuk menikah.

Pasangan yang bahagia belajar untuk mengomunikasikan keluhan mereka dengan bergerak menuju kepuasan bersama atau setidaknya saling memahami sudut pandang.

Jika salah satu dari kita dan pasangan terus-menerus memaafkan hanya agar emosi tidak memuncak, maka itu hanya akan menumbuhkan kebencian dalam hubungan.

Sebelum menikah, cobalah melakukan sejumlah pekerjaan, baik membaca buku tentang saran pernikahan atau berbicara dengan konselor pernikahan.

Ini dilakukan untuk belajar memahami bagaimana menghasapi konflik yang memuncak di dalam hubungan.

Jika kita merasa diri kita tidak mau untuk "bertengkar secara cerdas", maka artinya kita belum siap untuk menikah.

4. Tidak bertengkar sama sekali

Sekilas, ini mungkin terlihat positif dan banyak orang mungkin membanggakan ini kepada teman-temannya.

Namun, tidak pernah bertengkar sama sekali bukanlah pertanda baik.

Ini artinya kita dan pasangan belum cukup berkomunikasi tentang hal-hal yang berat.

Mungkin saja salah satu di antara kita atau pasangan takut merusak hubungan dan tidak menyuarakan ketidakpuasannya tentang suatu masalah.

Jika belum melihat kemampuan kita dan pasangan dalam mengelola debat yang memanas, maka mungkin kita belum siap untuk menikah.

Ilustrasi bertengkar

5. Tak punya nilai sama pada isu penting

Kita mungkin suka menghabiskan waktu denhan pasangan.

Namun, semakin kita mengenalnya, kita menyadari bahwa tidak memiliki nilai-nilai yang sama dalam banyak isu penting, seperti finansial (bagaimana mengeluarkan uang, menabung), anak (bagaimana membesarkannya), etika pekerjaan, bahkan hingga aktivitas liburan sekalipun.

Menikahi seseorang artinya menikahi semua yang melekat pada orang tersebut, tidak hanya bagian yang kita nikmati saja.

Kita belum siap menikah jika tidak ada di halaman yang sama dengan pasangan kita dalam hal nilai-nilai dan etika penting.

6. Masih "melirik" orang lain

Mungkin saja kita menyembunyikan komunikasi intim dengan mantan kekasih atau masih menggoda teman kantor, seolah perhatian dari satu orang saja tidak cukup.

Jika kita masih merasa perlu validasi terus-menerus dari orang lain selain orang yang akan jadi pasangan hidup kita, artinya kita belum siap untuk menikah.

Pernikahan tidak berarti kita harus berhenti total menjadi manusia. Artinya, wajar saja jika kita masih mengapresiasi kualitas orang lain selain pasangan kita.

Namun, kita harus siap berkomitmen secara emosional dan fisik kepada pasangan.

7. Tidak yakin akan setia pada satu orang

Mungkin saja kita bisa berhubungan baik dengan pasangan, tapi kita merasa ingin mengencani beberapa tipe orang berbeda sebelum berkomitmen pada satu orang.

Misalnya, suara-suara itu dari kepala kita mendorong untuk mendaftar aplikasi kencan online hanya untuk melihat ada siapa di luar sana, lalu kits mendengarkannya.

Tidak ada alasan untuk terburu-buru menikah jika kita hanya akan menyesal di kemudian hari karena kita masih ingin bermain-main dan belum bisa berkomitmen dengan satu orang saja.

8. Benci kompromi

Kita sudah lama sendiri dan tahu bagaimana kita menyukai rumah kita, misalnya rapi sepanjang waktu, punya rutinitas pagi tertentu, hingga kebiasaan liburan sendiri.

Tapi, setelah jatuh cinta dengan seseorang dan menghabiskan banyak waktu dengannya, kita menemukan bahwa kebiasaan pasangan kita tidak persis sama.

Tapi, kita tidak nyaman mengubah gaya hidup untuk berbaur dengannya.

Jika masalahnya adalah sulit berkompromi, itu adalah salah satu tanda kita belum siap tidak menikah yang paling menonjol.

Seiring waktu, kita mungkin menyadari bahwa agar bisa berjalan bersama, kita harus mau berkompromi.

Ketika sudah benar-benar siap menikah, berkompromi tidak akan terasa seperti pengorbanan, melainkan datang secara alami kepada kita sebagai hal yang masuk akal untuk dilakukan.

9. Tekanan lingkungan

Bagaimana kita tahu kita belum siap menikah?

Semakin bertambahnya usia, rasanya pernikahan teman-teman sekitar semakin banyak. Ketika hadir ke pernikahan mereka, kita rasanya capek mendengar pertanyaan "jadi, kapan menikah?"

Jika kita merasa tertinggal hanya karena teman-teman kita sudah menikah, cobalah memperluas lingkup pertemanan termasuk dengan orang-orang yang belum menikah.

Jika motivasi menikah hanya karena teman-teman sudah menikah, artinya kita jelas belum siap untuk menikah dan hanya menginginkannya akibat tekanan lingkungan.

10. Berpikir pasangan bakal berubah

Kita ingin menikahi orang yang menjadi pasangan kita, bukan orang yang kita bayangkan.

Meski kebanyakan orang mengalami beberapa perubahan saat tumbuh dewasa, secara mendasar mereka sebetulnya tidak berubah.

Siapa pun pasangan kita saat ini, sosok itulah orang yang akan selalu ada.

Jadi, merencanakan pernikahan dengan berpikir bahwa pasangan bakal berubah menjadi seseorang yang kita inginkan, misalnya lebih bertanggung jawab, lebih peduli, atau lebih perhatian, adalah kesalahan besar.

Seseorang tidak akan berubah hanya karena mereka bertukar cincin kawin.

Namun, jika menemukan bahwa diri kita belum siap untuk menikah, bukan berarti kita akan kesepian sampai akhir hayat.

Manfaatkan waktu ini untuk memahami apa yang membuat kita merasa kesepian, bangunlah kepercayaan dalam hubungan, menetapkan dan mempertahankan batasan yang sehat dalam hubungan, membuat rencana masa depan, hingga bertanya pada diri sendiri apa yang kita cari dari pernikahan dan pasangan.

Dengan memperhatikan tanda-tanda kita belum siap menikah, kita bisa berupaya untuk memperkuat ikatan dengan calon pasangan hidup demi menciptakan pernikahan yang harmonis dan menghadapi badai pernikahan bersama.

Kemudian, gunakan wawasan ini untuk pertama-tama membangun hubungan yang solid dengan pasangan dan mengambil risiko ketika kita dan pasangan sudah merasa sepenuhnya siap.

 

SumberKOMPAS.com
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm